RAIH KEMENANGAN KLIK DI SINI

Senin, 31 Januari 2011

Angin Winasis yang Mengukir "Jejak UFO"

Angin Winasis yang Mengukir "Jejak UFO"

Senin, 24 Januari 2011 | 07:07 WIB

Pola geometris yang terbentuk di persawahan Jogotirto, Berbah, Sleman, Minggu (23/1/2011) pagi. (TRIBUN JOGJA/HENDI KURNIAWAN)***

TERKAIT:

SLEMAN — Lingkaran raksasa yang terbentuk di kawasan pertanian Jogotirto, Berbah, Sleman, menjadi topik perbincangan warga. Pada Senin (24/1/2011) dini hari, saat warga melakukan ronda malam, mereka beradu argumen mengenai fenomena tersebut. Di antaranya, warga menduga hal itu karena angin winasis.

"Angin lesus yang menyebabkan pola itu terbentuk," kata Misran (44) berargumen. Ia mengisahkan, kemarin ia baru mengikuti sosialisasi pertanian dan muncul banyak wacana, termasuk soal pembentukan angin lesus.

Tak hanya berhenti di situ, Misran menguatkan argumentasinya dengan menyebut bahwa angin lesus itu merupakan tanda yang dikirimkan tuhan. "Para tetua desa menafsirkan kejadian itu karena angin lesus winasis," ujarnya sambil menyeruput kopi.

Beberapa warga yang antusias mendengar analisis Misran semakin tertarik dengan cerita yang disampaikan, apalagi saat ia panjang lebar mengisahkan soal angin winasis itu.

"Pola yang muncul akibat angin winasis merupakan tanda dari Tuhan," katanya. Misran tidak menyebut tanda apa yang dimaksud. (Tribun Jogja/Diaz R dan Hendi K)***

(Editor: Tri Wahono/Sumber : Kompas.com, Senin, 24 Januari 2011 | 07:07 WIB)***

Warga Yakin Bekas UFO

Warga Yakin Bekas UFO

JEJAK UFO. Lingkaran raksasa di persawahan di Sleman, Jogja, diyakini bekas UFO mendarat.

SLEMAN - Warga Berbah, kemarin (23/1) dihebohkan oleh tanda misterius di persawahan yang muncul usai angin kencang. Warga meyakini tanda yang berbentuk lingkaran raksasa tersebut sebagai bekas pendaratan pesawat Unidentified Flying Object (UFO) dari planet lain.

“Ada lingkaran besar di tengah-tengah sawah berdiameter 70 meter di daerah Gunung Suru, Jogotirto, Berbah, Sleman. Warga yakin ini jadi pendaratan UFO,” ujar Pradhita Wahyu, salah seorang warga setempat kemarin (23/1).

Wahyu menuturkan di tengah lingkaran raksasa tersebut terdapat lambang misterius. Tanda itu dibentuk oleh hamparan padi yang rebah setelah angin kencang tersebut.

“Lambangnya terlihat dari bukti setelah salat Ashar tadi. Kalau dilihat dari dekat seperti padi rubuh atau dibabat,” papar Wahyu.

Kejadian ini menghebohkan warga sekitar. Sepanjang sore ratusan warga mencoba melihat kejadian aneh ini dari bukit terdekat. ‘’Puluhan warga juga ke sawah untuk melihat dari dekat,” tambahnya.

Padi ambruk di tengah sawah itu memang membentuk pola lingkaran yang sangat rapi. Seperti pola itu sengaja dibuat manusia. Istilah ilmiah untuk fenomena ini biasa disebut dengan crop circles atau lingkar taman.

Basori (41), warga yang rumahnya berada di utara sawah itu mengaku Sabtu malam sekitar pukul 22.30 dirinya mendengar suara gemuruh layaknya suara helikopter mendarat.

“Suara itu terdengar sekitar 30 menit. Tapi saya tidak gubris suara itu. Saya pikir itu suara helikopter lewat,” tuturnya.

Hal itu diamini Ayu Rukini (32), istri Basori. “Saya juga mendengar suara itu. Waktu itu saya dan suami sedang menonton televisi. Saya mengira tentara Angkatan Udara sedang latihan,” terangnya. Baru pada pagi harinya warga heboh karena melihat padi-padi di sawah dekat kampungnya ambruk tapi membentuk pola yang rapi.

Fenomena ini dapat dilihat dengan jelas, dari puncak bukit di utara sawah. Warga setempat menyebut bukit itu Gunung Suru. Banyak warga menaiki Gunung Suru untuk melihatnya. Meski hujan turun dan jalan ke puncak bukit sangat licin, tidak membuat antusiasme warga melihat fenomena ini.

“Saya tidak tahu pasti apakah ada UFO yang mendarat disini. Yang jelas ini adalah kebesaran Allah. Mungkin Allah memperingatkan manusia untuk menjaga alamnya,” kata Syamsul Bahri, Prambanan, Sleman. (yog)***

Sumber : radarcirebon.com, Senin, 24 Januari 2011

Awan Bersinar, Apakah Itu?

CAHAYA MALAM

Awan Bersinar, Apakah Itu?

Senin, 31 Januari 2011 | 15:45 WIB

earthobservatory.nasa.gov


KOMPAS.com - Langit malam biasanya hanya akan disinari cahaya bulan dan bintang. Namun, dalam kasus yang sangat jarang, langit malam juga bisa diterangi oleh awan bercahaya yang memantulkan cahaya matahari.

Awan bercahaya terbentuk di ketinggian 80 - 85 kilometer di atmosfer. Cahaya awan itu sebenarnya merupakan cahaya matahari yang dipantulkan. Letak awan yang tinggi membuatnya mampu memantulkan cahaya meski matahari sendiri telah tenggelam.

Biasanya, fenomena yang juga disebut awan polar mesospheric ini terjadi ketika suhu menurun hingga -130 derajat Celsius. Kebanyakan, fenomena terjadi di belahan utara dan selatan bumi, wilayah di atas 50 derajat lintang.

Mathhews DeLand dari Goddard Space Flight Center NASA mengatakan pada Space.com miggu lalu, fenomena itu awalnya jarang terjadi. Selama 11 tahun terakhir mempelajari, DeLand hanya menemukannya sekali.

Namun, DeLand mengatakan, kini fenomena tersebut kini semakin sering dijumpai dan cahayanya menjadi lebih terang. Ia menduga, peningkatan ini berkaitan dengan perubahan temperatur dan kelembaban di mesosfer.

Penurunan temperatur menyebabkan lebih banyaknya es atau awan terbentuk. Sementara, kelembaban yang lebih tinggi memicu terbentuknya partikel es yang lebih besar, yang mampu merefleksikan lebih banyak cahaya.

Dengan meningkatkan jumlah fenomena awan bersinar, maka mungkin temperatur mesosfer semakin rendah. DeLand menuturkan, peningkatan jumlah gas rumah kaca bisa jadi sebab turunnya temperatur itu.

Karbon dioksida, salah satu gas rumah kaca, meradiasikan panas ke angkasa, menyebabkan pendinginan. Sementara, gas metana membuat kelembaban meningkat, sebab cahaya matahari akan mengubah metana menjadi air.

Sejauh ini, peneliti belum yakin faktor yang paling berpengaruh, apakah kelembaban atau temperatur. Namun, DeLand memastikan, hal tersebut akan menjadi fokus pada penelitian selanjutnya.

Tercatat, fenomena ini terakhir terjadi di Billund, Denmark pada tanggal 15 Juli 2011 lalu. DeLand sendiri telah mempelajari awan ini dari data instrumen dari data dan satelit sejak tahun 1978 lalu. (Penulis: Yunanto Wiji Utomo | Editor: A. Wisnubrata)***

Sumber : SPACE.COM

Ada 1 Komentar Untuk Artikel Ini.


  • rachmat.s

Senin, 31 Januari 2011 | 15:58 WIB

Catatan mengenai fenomena terakhirnya apa nggak salah ketik tuh!! 15 Juli 2011 kan belum lagi nyampe!

Balas tanggapan

Rabu, 19 Januari 2011

Indonesia Still to Claim Compensation for Timor Sea Contamination

Indonesia Still to Claim Compensation for Timor Sea Contamination

Reuters

A reconnaissance team heads towards the partially collapsed Montara well head platform and the West Atlas mobile offshore drilling unit in the Timor Sea, about 250 km (155 miles) off the far north Kimberley coast of Western Australia state in this November 22, 2009 handout photo. The team carried out a safety and damage assessment on the rig which began leaking oil and gas in August and later caught fire. Picture taken November 22, 2009.

JAKARTA - The Indonesian government remains in a position to file a compensation claim on a 2009 oil spill in the Timor Sea to the responsible parties, an environment ministry official said.

"In accordance with Law Number 32/2009 (on Protection and Management of the Environment), we have a legal standing to file a compensation claim for the contamination of the Timor Sea," said Masnellyarti Hilman, deputy for dangerous and toxic substance affairs to the environment minister, said on Wednesday.

She dismissed as baseless media reports that a claim previously presented to the responsible parties had been rejected. The Indonesian government and those parties had again met in Singapore last November 19 to discuss matters related to the claim.

Hilman said the claim will be based on a scientific methodology but she could not yet reveal the amount demanded. There were differences over the geographical coordinates between those presented by the Indonesian government and the parties on the contaminated areas but this problem had already been solved.

"Results of the meeting in Singapore will again be discussed further next month," said Hilman, adding that the venue and time for the meeting had not yet been set.

An incident took place on Montara wellhead platform on August 21, 2009 and as a result oil spilled into the sea. The incident’ occurred at a spot about 690 kilometers west of Darwin in Australia`s Northern Territory and 250 kilometers northwest of Truscott in western Australia.

It was also located close to Pulau Pasir atoll (Ashmore Reef) where Indonesian traditional fishermen routinely catch fish and other marine biota, according to media reports. By September 3, 2009, the Australian Maritime Safety Authority (AMSA) reported that the slick was 170 km (106 mi) from the coast of Western Australia, and moving closer to the shore.

The slick was also reported to have spread over 6,000 km2 (2,300 sq mi) of ocean with evidence that the oil was killing marine life. On November 3, 2009 (in total 74 days), the leak was stopped by pumping mud into the well and the wellbore cemented that finally "capping" the blowout, according to reports.

The rig is owned by the Norwegian-Bermudan Seadrill, and operated by PTTEP Australasia (PTTEPAA), a subsidiary of PTT Exploration and Production (PTTEP) which is in turn a subsidiary of PTET, the Thai state-owned oil and gas company was operating over on adjacent well on the Montara platform blowout. Representatives from PTTEPAA held meetings with Indonesian government officials in Perth, Western Australia on 27 July and 26 August 2010, to discuss the Indonesian government’s claim for compensation.

The claim is based on the fact that the spill had reached the coastal areas of Timor and Rote islands in the Indonesian maritime territory, according to Indonesian government officials. On 1 September 2010, PTTEPAA stated it did not accept any claim because no verifiable scientific evidence had been presented to the company to support the summary of claims presented by the Indonesian government, reports have said.(Ant)***

Sumber : Kompas.com, Kamis, 25 November 2010 | 07:16 WIB

Penampakan Kuntilanak Gegerkan Warga Sukabumi

Penampakan Kuntilanak Gegerkan Warga Sukabumi

youtube.com

Oleh: Benny Bastiandy

Jabar - Selasa, 18 Januari 2011 | 14:13 WIB

TERKAIT :

INILAH.COM, Sukabumi - Warga Desa Nagrak Selatan, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, digegerkan beredarnya video amatir berdurasi sekitar 5 menit berisi penampakan hantu wanita di sebuah rumah tua milik Ika Jayasantika yang telah lama tak dihuni.

Kini video yang menampakan sesosok wanita berpakaian serba merah dan berambut panjang menjadi buah bibir warga sekitar. Meskipun lebih terkesan mistis, warga mempercayai keberadaan hantu di rumah itu. Pasalnya, rumah yang sudah lama tidak berpenghuni itu sudah dikenal angker.

Sosok perempuan dalam video itu tertangkap kamera telepon genggam pemilik rumah saat akan membersihkan bangunan yang sudah puluhan tahun ditinggalkan pemiliknya. Rencananya, rumah itu akan dikontrakkan sekitar setahun lalu. Berbagai sudut dirumah itu sengaja direkam video telepon genggam milik anaknya untuk diperlihatkan kepada penyewa.

Namun tanpa sengaja, saat anak pemilik rumah merekam gambar, tiba-tiba menangkap sesosok perempuan berbaju merah berambut panjang. "Karena sudah lama ditinggalkan, rumah ini memang terkesan angker," kata Ika kepada wartawan, Selasa (18/1/2011). [gin]***

Sumber : inilahjabar.com, Selasa, 18 Januari 2011

Kuntilanak Terekam Kamera, Warga Sukabumi Takut

Kuntilanak Terekam Kamera, Warga Sukabumi Takut

youtube.com

Oleh: Benny Bastiandy

Jabar - Selasa, 18 Januari 2011 | 15:33 WIB

TERKAIT :

INILAH.COM, Sukabumi - Heboh kuntilanak terekam kamera di rumah milik Ika Jayasantika warga Desa Nagrak Selatan, Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi, membuat warga ketakutan.

Mereka enggan melintasi rumah tua tersebut sejak video amatir berdurasi sekitar 5 menit berisi penampakan hantu wanita beredar luas. "Video penampakan hantu ini beredar beberapa minggu terakhir," ujar Cicih, warga sekitar kepada wartawan, Selasa (18/1/2011).

Nani warga lainnya mengatakan, sejak dulu rumah tersebut memang cukup menyeramkan. "Dengan beredarnya video ini, warga semakin ketakutan untuk melintas disekitar rumah tua itu," tutur Nani yang rumahnya berdekatan dengan rumah Ika.

Warga Desa Nagrak Selatan, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, digegerkan beredarnya video amatir berdurasi sekitar 5 menit berisi penampakan hantu wanita di sebuah rumah tua milik Ika Jayasantika yang telah lama tak dihuni.

Kini video yang menampakan sesosok wanita berpakaian serba merah dan berambut panjang menjadi buah bibir warga sekitar. Meskipun lebih terkesan mistis, warga mempercayai keberadaan hantu di rumah itu. Pasalnya, rumah yang sudah lama tidak berpenghuni itu sudah dikenal angker. [gin)***

Sumber : inilahjabar.com, Selasa, 18 Januari 2011

Sabtu, 15 Januari 2011

Nama Empat WNI Jadi Nama Asteroid


Nama Empat WNI Jadi Nama Asteroid

BANDUNG - Empat nama warga negara Indonesia yang semuanya merupakan mantan Kepala Observatorium Boscha diabadikan menjadi nama asteroid jenis Trojan.

Penamaan ini dilakukan oleh lembaga dunia International Astronomical Union (IAU) pada november 2010.

Kepala Observatorium Boscha, Hakim L. Malasan mengungkapkan, ke empat nama Kepala Observatorium Boscha yang namanya diabadikan menjadi nama asteriod adalah Bambang Hidayat (76) mantan Kepala Observatorium Boscha tahun 1968 - 1999 dengan nama asteroid Hidayat (34607 T-3) dari asteroid nomor 12176.

Nama bverikutnya, adalah Moedji Raharto (56) mantan Kepala Observatorium Boscha tahun 2000-2003 dengan nama asteroid Raharto (4674 T-3) dari asteroid nomor 12177, diikuti Dhani Hardiwijaya (47) mantan Kepala Observatorium Boscha tahun 2004-2005 dengan nama asteroid Dhani (4304 T-3) dari asteroid nomor 12178, dan Taufik Hidayat mantan Kepala Observatorium Boscha tahun 2006-2009 untuk asteroid Taufiq (5030 T-3) dari asteroid nomor 12179.

"Sebelumnya, keempat asteroid yang ditemukan 16 Oktober 1977 oleh C.J van Hauten dan T. van H Groeneveld ini hanya dinamai dengan nomor yakni dari urutan 12176 hingga 12179," katanya saat dihubungi Jumat (14/1).

Hakim menjelaskan, penggunaam empat nama WNI ini pada asteroid ini merupakan penghargaan tersendiri bagi dunia astronomi Indonesia khususnya bagi Boscha. Sebab artinya dunia mengakui dan mengapresiasi keberadaan para astronom dan Boscha di Indonesia.

"Ini bentuk penghargaan terhadap upaya yang selama ini dilakukan, dan semakin mengokohkan eksistensi Indonesia dalam dunia astronomi di Asia Pasifik," ujarnya. (A-157/A-26).***

Sumber : Pikiran Rakyat Online, Sabtu, 15/01/2011 - 03:19

Selasa, 11 Januari 2011

TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR : Kantong Aspal Ikut Melebur


TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR

Kantong Aspal Ikut Melebur

Oleh Nawa Tunggal

Aspal selalu diwadahi drum yang kerap terbuang percuma dengan sisa-sisa aspal tetap melekat di dalamnya. Tak ayal lagi, pemborosan ini menjadi inspirasi bagi para peneliti Sentra Teknologi Polimer Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi untuk membuat kantong aspal yang bisa ikut melebur.

Kami memakai limbah plastik dan oli bekas untuk bahan baku kantong aspal,” kata Saeful Rohman, perekayasa kantong aspal dari Sentra Teknologi Polimer Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (STP-BPPT), Kamis (6/1) di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) di Serpong, Tangerang Selatan.

Saeful, yang didampingi Manajer Riset dan Pengembangan STP-BPPT Jayatin, menjelaskan, penelitian kantong aspal dimulai tahun 2009. Pada waktu itu, tawaran datang dari seorang pengusaha yang membawa kantong aspal dari Singapura.

Dari hasil kajian literatur dan paten yang ada, kantong itu lalu dikembangkan menjadi kantong aspal seperti sekarang. Bahan baku limbah plastik dipilih dengan jenis polietilen—bahan ini banyak digunakan untuk tas plastik.

”Ditambahkan pula bahan baku bentonit atau tanah lempung yang dikeringkan untuk mendapatkan warna kecoklatan,” kata Saeful.

Formulasi kantong aspal dari bahan polimer termoplastik dan tambahan lainnya, menurut Saeful, berfungsi sebagai modifier untuk memperbaiki sifat aspal. Polietilen dipilih sebagai bahan baku dicampur dengan etilen vinil asetat, untuk meningkatkan kelenturan polietilen.

Selain itu, polivinil asetat juga berfungsi meningkatkan kelenturan aspal sehingga tidak mudah retak atau pecah. Pencampuran dilakukan pada fase leleh (melt compounding) dengan menggunakan mesin ekstruder.

Pada saat aplikasi, kantong aspal ini bisa langsung dilebur dengan aspal dan meningkatkan kekuatan dan ketahanan aspal tersebut.

Saeful mengaku, pada 2011 masih butuh pengembangan riset kantong plastik, tetapi anggaran dari Kementerian Riset dan Teknologi sudah dihentikan.

Jayatin mengatakan, riset lanjutan masih dibutuhkan untuk kesesuaian pengisian aspal. Aspal yang diisikan harus diupayakan tidak terlampau dingin supaya mudah dipompakan masuk ke kantong, tetapi tidak boleh terlampau panas supaya tidak melelehkan kantong aspalnya yang berbasis plastik mudah leleh pula.

”Riset pengembangan ini diharapkan akan bisa bekerja sama dengan pihak swasta,” kata Jayatin.

Tanpa limbah

Jayatin mengatakan, kantong aspal yang dirancang saat ini belum memasuki tahap komersialisasi. Paten yang diajukan pada 2010 juga belum sampai pada tahap uji substantif.

”Nilai kelebihan kantong aspal ini adalah tanpa limbah. Setelah melalui uji nilai keekonomisannya nanti, tentu harganya akan sangat kompetitif,” katanya.

Kantong aspal berbahan baku limbah plastik tersebut tidak hanya melebur dengan aspal. Menurut Jayatin, kantong aspal itu ternyata juga menaikkan kualitas dan daya rekat aspal.

Kantong plastik polietilen ini berbahan baku polimer dari minyak yang berat molekulnya lebih tinggi dibandingkan dengan aspal. Polimer jenis ini memiliki kekuatan mekanik dan daya rekat yang lebih tinggi pula dibandingkan dengan aspal sebagai residu paling akhir minyak.

”Kantong aspal yang dileburkan dengan aspal itu sudah diuji, dengan Uji Marshall,” kata Jayatin.

Dari hasil Uji Marshall tersebut, leburan aspal dan kantongnya lebih kuat dibandingkan dengan sekadar aspal saja, tetapi satuan perbandingannya diakui belum ditetapkan. Hasil uji tersebut bisa menunjang pemahaman bahwa kantong aspal berdampak positif bagi penggunaan aspal itu sendiri.

Efisiensi energi

Jayatin menjelaskan, pengemasan aspal dalam berbagai ukuran sangat menunjang perawatan jalan. Perawatan jalan merupakan salah satu yang berkontribusi terhadap penghematan atau efisiensi energi yang digunakan setiap kendaraan.

Saat ini pengadaan aspal dalam kemasan kecil sangat terbatas. Keterbatasan ini menyebabkan perbaikan jalan terhadap kerusakan kecil, seperti retakan jalan aspal, menjadi kerap diabaikan.

Masyarakat juga sering tidak dapat dilibatkan secara swadaya untuk pemeliharaan jalan aspal meski di lingkup perumahan atau lingkungan masing-masing. Ini karena pengadaan aspal dalam jumlah sedikit masih jarang.

”Kerusakan jalan aspal menjadi kerap dibiarkan, menunggu perbaikannya saat kerusakan sampai merembet menjadi lubang yang besar,” kata Jayatin.

Dengan kemasan kantong aspal, menurut Jayatin, dimungkinkan aspal berbagai ukuran. Untuk ukuran 5 kilogram sampai 30-40 kilogram dapat dijinjing secara individual. ”Jalan aspal yang bagus akan banyak mendatangkan keuntungan,” kata Jayatin.

Meleleh

Kantong aspal yang dibuat STP-BPPT saat ini memiliki titik leleh pada suhu 100 derajat celsius. Suhu aspal yang disuntikkan ke kantong itu berkisar 60 derajat sampai 70 derajat celsius.

”Semakin dingin aspal yang dimasukkan ke kantong akan semakin berat kerja pompa,” kata Jayatin.

Kebutuhan untuk melanjutkan riset kantong aspal, menurut Jayatin, antara lain untuk meningkatkan titik lelehnya. Dari hasil kunjungan ke lokasi pendistribusian aspal Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah, diketahui suhu aspal yang dicurahkan mencapai 130 derajat celsius.

Kantong aspal STP-BPPT dengan titik leleh 100 derajat celsius belum memungkinkan langsung digunakan untuk mewadahi aspal dari Pertamina. Menurut Jayatin, Pertamina merujuk supaya kantong aspal ditawarkan di tingkat para agen dengan suhu aspal yang sudah menurun.

Menurut Jayatin, juga masih dibutuhkan riset lebih lanjut untuk memperoleh kepastian metode pengisiannya supaya lebih efektif.

Kantong aspal menjadi inovasi yang sesungguhnya dibutuhkan masyarakat. Kesulitan mengakses aspal dalam ukuran kecil kerap menjadikan masyarakat menutup begitu saja jalan beraspal dengan beton semen.

”Lebih penting lagi, limbah plastik sebagai isu lingkungan yang banyak menarik perhatian akan makin berkurang jumlahnya jika diolah menjadi kantong-kantong aspal,” kata Jayatin.***

Sumber : Kompas, Jumat, 7 Januari 2011 | 03:47 WIB

PERTAMBANGAN ; Menguak Hebatnya Aspal Buton


PERTAMBANGAN

Menguak Hebatnya Aspal Buton

Oleh YUNI IKAWATI

Aspal alam hanya ditemukan di dua tempat di dunia ini, yaitu Trinidad dan di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Keberadaan sumber tambang ini telah diketahui pada 1920, tetapi tak tergali dengan baik. Inovasi lalu dilakukan untuk mengolahnya secara efisien hingga mampu menyaingi aspal dari minyak bumi yang mulai langka dan mahal.

Aspal merupakan salah satu material penting dalam pembuatan jalan di Indonesia. Namun, karena kelemahannya, yaitu mudah hancur akibat beban berat dan panas matahari serta genangan banjir, mendorong pihak pengelola menggunakan beton berangka besi. Padahal, beton relatif lebih mahal serta sulit pengerjaan dan perbaikannya.

Di antara dua material itu ada aspal alam yang lebih optimal dibandingkan keduanya. Aspal alam yang dikenal di dunia saat ini adalah Trinidad Lake Asphalt (TLA). Padahal, selain dari Pulau Trinidad di Laut Karibia itu ada aspal alam di Pulau Buton (Asbuton) yang sesungguhnya lebih unggul.

Dari segi cadangan, Asbuton jauh lebih besar dari TLA. Cadangannya mencapai 163,9 juta ton. Bahkan, perkiraan lain menyebutkan 450 juta ton, berarti tergolong terbesar di dunia. Usia pemanfaatan cadangannya ditaksir 200 tahun ke depan.

Meski kandungan aspal masih melimpah, sejak 1970-an, tambang ini mulai ditinggalkan karena tingginya biaya operasi yang tidak lagi sebanding dengan pendapatannya.

”Masalah sesungguhnya karena penerapan teknik ekstraksi atau pemurnian konvensional yang tak efisien,” kata Lisminto, penemu teknik baru pemurnian aspal Buton.

Dipisahkan

Pada proses lama, bitumen aspal lebih dulu dilarutkan dalam pelarut organik, lalu dipisahkan dari unsur pelarutnya dengan cara destilasi.

Dengan cara ini sulit menarik bitumen atau material aspal yang tersembunyi dalam matrik batuan induk. Karena itu, diperlukan ekstraktor bertahap banyak. Ini artinya perlu investasi besar.

Lisminto, lulusan S-1 Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, berhasil menemukan teknik baru. Pada teknik baru itu, pelarutan aspal menggunakan kimia khusus dan proses pemurnian dilakukan dalam media air laut.

Saat batuan induk pecah, bitumen akan keluar dengan sendirinya dan mengapung di air asin. Karena itu, bitumen dengan mudah dapat dipisahkan dari larutan. Proses ini dilakukan pada suhu dan tekanan atmosfer sehingga memperkecil terjadinya pembakaran material. Sederhana, mudah, dan murah, itulah kelebihan teknik yang disebutnya ”pemurnian aspal Buton dengan teknologi ekstraksi terbalik”.

Inovasi ini sesungguhnya bukan lagi tergolong baru karena telah dipatenkan di lembaga paten Indonesia, Jepang, dan Australia pada 1996.

Aplikasi teknik ini, menurut dia, bisa menghemat devisa 75 juta dollar AS karena investasi total hanya 25 juta dollar AS dengan fabrikasi di dalam negeri. Sementara teknologi lain bisa mencapai 100 juta dollar AS.

Penggunaan sumber tambang di dalam negeri juga dapat menekan impor aspal sebesar satu juta ton per tahun sehingga tercipta swasembada aspal nasional. Sebab, teknologi ekstraksi terbalik ini dapat menghasilkan aspal berkualitas tinggi dengan harga terjangkau.

Hal ini memungkinkan jaringan jalan kelas satu sebagai infrastruktur industri juga berkembang. Dan, terbukanya industri di Buton akan membuka lapangan kerja penduduk sekitar.

Hasil samping

Meski inovasi itu memiliki prospek bisnis dan sosial yang baik, rupanya kemudian kurang mendapat sambutan pemerintah dan perusahaan pertambangan. Hal ini tak membuatnya patah semangat. Secara konsisten, Lisminto terus berkutat dengan riset aspal hingga pengembangan pabrik.

Pabrik percontohan berkapasitas satu ton per jam berhasil dibangun dengan dana Rp 200 juta. Produknya telah diuji Puslitbang Jalan Binamarga dan dinyatakan sebagai aspal bermutu. Uji laboratorium dan uji lapangan menunjukkan, sifat produknya setara dengan Trinidad Lake Asphalt.

Teknologi proses ini bahkan menghasilkan produk samping yang sangat potensial, yaitu gipsum dan karbon dioksida. Gipsum adalah bahan baku semen yang masih diimpor 2 juta ton per tahun. Adapun oksida karbon dapat dikonversi menjadi es kering guna mengawetkan ikan. Dari setiap ton produk aspal itu dihasilkan 1,45 ton gipsum dan 0,47 ton es kering.

Pengembangan baru

Melalui pengembangan aspal yang terus-menerus sejak 15 tahun lalu di laboratorium dan pabrik yang dijuluki ”Rumah Teknologi Aspal”, berhasil diatasi lima masalah yang ditemukan pada aspal Buton yang dibuat selama ini, yaitu soal adesivitas, kesulitannya dalam pengolahan, pemadatan, fleksibilitas, dan hambatan distribusinya.

Hasil olahan aspal Buton terbaru ini diberi nama BNA (Buton Natural Asphalt), yang didesain sebagai ”cloning” TLA.

Produk ini kemudian mulai menarik perusahaan lain untuk bermitra, antara lain Adhi Jaya, Pertamina, dan PT Timah (Persero).

Pertamina juga tertarik untuk ikut terlibat dalam pengembangan aspal Buton.

Pengembangan BNA diharapkan dapat mengikuti ”kisah sukses TLA” yang sudah terbukti sebagai bahan konstruksi andal selama lebih dari 100 tahun.***

Sumber : Kompas, Selasa, 4 Januari 2011 | 04:34 WIB

Ada 3 Komentar Untuk Artikel Ini. Kirim Komentar Anda

  • Andrean Palonggam

Jumat, 7 Januari 2011 | 19:46 WIB

Hebat!!! Segera realisir..

Balas tanggapan

  • Benny Djutrisno

Rabu, 5 Januari 2011 | 14:19 WIB

Bu Yuni Ikawati dan Yth pak Lisminto,kami sangat mendukung upaya bapak yang tanpa kenal lelah,demi menghasilkan"Aspal Nasional" yang berkualitas "International".sampai jumpa lagi diseminar tentang ASPAL. Selamat Berjuang.

Balas tanggapan

  • joe gultom

Selasa, 4 Januari 2011 | 11:52 WIB

maju terus para peneliti Indonesia ^.^v

Balas tanggapan

Rabu, 05 Januari 2011

Kwarda Jabar Jalin Kerjasama dengan 10 Instansi

Kwarda Jabar

Jalin Kerjasama dengan 10 Instansi

KETUA Kwartir Daerah Pramuka Provinsi Jabar, Dede Yusuf Effendi, memberikan cinderamata kepada Mayor Jenderal Pramono Edhie Wibowo, seusai acara penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) kerjasama dan lokakarya pengembangan potensial Bumi Perkemahan Kiarapayung dan Hotel Bumi Kitri, di Hotel Grand Pasundan, Kota Bandung, Selasa (12/10).*** (MIRADIN SYAHBANA RIZKY/"PRLM")***

BANDUNG - Ketua Kwartir Daerah Provinsi Jabar, Dede Yusuf, menandatangani nota kesepahaman dengan sepuluh instansi pemerintahan dan swasta, di Hotel Grand Preanger, Selasa (12/10). Nota kesepahaman tersebut nantinya akan menjadi titik balik pramuka yang lebih inovatif dan kreatif.

Kesepuluh instansi tersebut yakni, Pangdam III/Siliwangi, Dinas Pendidikan Provinsi Jabar, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Provinsi Jabar, Dinkes Jabar, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jabar, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jabar, Rumah Sakit AMC, PT Broadcast Design Indonesia, Bank BTPN, Bandung TV.

“Dengan adanya MOU ini, inovasi-inovasi baru yang dulu tidak terpikirkan sekarang bisa terealisasi. Kita akan membuat pramuka menjadi lebih menggeliat dengan kegiatan-kegiatan yang menarik bagi para remaja,” kata Dede.

Dede mengemukakan, penandatanganan nota kesepahaman dengan sepuluh instansi tersbut, membuat pramuka akan lebih dikenal lagi sebagai kegiatan yang menghibur.
“Misalnya, seperti pembuatan lagu nada sambung pribadi (NSP) yang band dan lagunya mengikuti perkembangan sekarang, jadi bukan lagu tempo dulu. Dengan demikian, pramuka akan lebih dikenal sebagai kegiatan yang menghibur,” ungkap Dede.

Dede berharap, pramuka akan mencoba mengubah image yang dulunya hanya sebagai kegiatan tali temali, kemping, dan baris berbaris menjadi kegiatan yang inovatif dan kreatif.

Andalan Urusan Organisasi Kwarda Parmuka Jabar, Memet Slamet mengatakan, salah satu kegiatan inovatif lainnya yakni, akan membentuk koperasi khusus pramuka di mana pengelolaannya dilakukan oleh anggotanya. “Setidaknya ada satu di setiap kota/kabupaten koperasi yang pengelolaannya oleh kami, apakah dari permodalannya atau sumber daya manusianya,” ungkapnya

Sementara itu, Manager PT Broadcast Design Indonesia, Richard Buntario, mengatakan, NSP ini nantinya akan melibatkan band-band baru dari Jabar seperti Kab. Cianjur, Kota Bandung, Kota Bogor, dan kota lainnya. “Total band tersebut mencapai 15 band yang akan mengeluarkan single yang berisikan lagu-lagu patriotik pramuka. Baru kali ini ada NSP pramuka di tingkat daerah maupun nasional,” katanya.

Menurut dia, kegiatan ini merupkan salah satu kontribusi yang dilakukan perusahaannya kepada pramuka. “Saya tahu dana dari pemerintah sangat terbatas. Oleh karena itu, kita akan membantu mereka agar kegiatan pramuka menjadi lebih kreatif dan inovatif,” ujarnya. (A-194/das)***

Sumber : Pikiran-Rakyat Online.com, Selasa, 12/10/2010 - 19:50

Komentar Berita

  • Mcihael (not verified) on Rabu, 08/12/2010 - 05:36

Kalo bisa PRAMUKA jangan berikan anak2 maksiyat, harus kembali kepada DASA DARMA yang pertama, taqwa kepada tuhan yang maha esa, di lapangan, seringkali PRAMUKA menjadi ajang kebebasan dan kemaksiyatan...

semoga PRAMUKA bisa kembali membersihkan kepanduan sesuai dengan norma2 negeri ini, yang berketuhanan yang maha esa

  • Ari (not verified) on Senin, 29/11/2010 - 07:39

Bikin atuh majalah pramuka, jangan kalah sama klub motor, bisa terus informatif & progresif. Tong ngan ngaliwet wae nyieun imah mun bisa mah.

  • odoy (not verified) on Senin, 29/11/2010 - 05:06

Yth. Kang Dede Yusup, terimakasih atas prakarsa membangkitkan kembali pramuka di Jawa Barat, jadikanlah pramuka sebagai wahana untuk pembentukan karakter pemuda/pemudi yang benci korupsi dan anti korupsi !, jadikanlah pramuka menjadi ajang pembentukan "jati diri bangsa" yang mandiri, penuh kreatif, jujur, tanggung jawab dan punya kepedulian yang tinggi ! muda-mudi bisa ngaliwet yang bergizi ! lain ninyuh emih ......! salam Pramuka!

  • H.Yeyet Sukayat.PCC-PCTABDG. (not verified) on Kamis, 14/10/2010 - 04:06

Yth.Ka Dede Yusuf KaKwarda-Wagub Jabar.
Selamat-Terimakasih,Atas MOU-Nota Kesepahaman dengan 10 Instansi.- Bagian dari Mabida-Kwarda Jabar.
-Yth.Pangdam III-Siliwangi-KaMabisaka Wirakartika Daerah Jabar-Banten.Dari 8 Saka=Satuan Karya/Satuan Kader/Satuan Tugas/Satgas,- Pramuka;Saka Bhayangkara,Saka Tarunabumi,Saka Wanabakti,Saka Dirgantara,Saka Bahari,Saka Baktihusada,Saka Kencana.
-Dan yang segera dibentuk;-Saka Tagana (Tanggap Siaga Bencana)-Ka.Mabisaka-Mabida,-DisSos-BPBD.-Saka Koperasi-KaMabisaka-Mabida,-DisSos-BPPN,.-Saka Parawisata, dan Saka-Saka lainnya.
Terimakasih,Wassalam,-Salam Pramuka.(HYSPCC-PCTABDG).

  • H.Yeyet Sukayat.PCC-PCTABDG. (not verified) on Kamis, 14/10/2010 - 04:06

Yth.Ka Dede Yusuf KaKwarda-Wagub Jabar.
Selamat-Terimakasih,Atas MOU-Nota Kesepahaman dengan 10 Instansi.- Bagian dari Mabida-Kwarda Jabar.
-Yth.Pangdam III-Siliwangi-KaMabisaka Wirakartika Daerah Jabar-Banten.Dari 8 Saka=Satuan Karya/Satuan Kader/Satuan Tugas/Satgas,- Pramuka;Saka Bhayangkara,Saka Tarunabumi,Saka Wanabakti,Saka Dirgantara,Saka Bahari,Saka Baktihusada,Saka
Kencana.
-Dan yang segera dibentuk;-Saka Tagana (Tanggap Siaga Bencana)-Ka.Mabisaka-Mabida,-DisSos-BPBD.-Saka Koperasi-KaMabisaka-Mabida,-DisSos-BPPN,.-Saka Parawisata, dan Saka-Saka lainnya.
Terimakasih,Wassalam,-Salam Pramuka.(HYSPCC-PCTABDG).

Kowal Diminta Kreatif dan Inovatif

Kowal Diminta Kreatif dan Inovatif

KASAL Laksamana TNI Soeparno sedang melakukan inspeksi pasukan parade Kowal.*** (DISPENAL/"PRLM")***

JAKARTA - Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-48 Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal) dilaksanakan secara sederhana dalam bentuk upacara militer di lapangan apel Detasemen Markas Komando Mabes TNI AL, Cilangkap Jakarta Timur bertindak selaku Inspektur Upacara (Irup) Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno, Rabu (5/1).

Dalam upacara yang pesertanya anggota Kowal dan PNS wanita Mabesal tersebut, dihadiri para pejabat teras Mabes TNI AL, Panglima Kotama TNI AL Wilayah barat, Ketua Umum Jalasenastri Ibu Lily Soeparno selaku Ibu Catraratnanggadi Jalakanyasena (Ibu Asuh Kowal), serta seorang Perwira Tinggi Kowal Laksamana Pertama TNI Rieke Rantetana.

Kasal Laksamana TNI Soeparno mengatakan bahwa peringatan ulang tahun Kowal pada hakekatnya merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu sebagai momentum untuk melaksanakan evaluasi dan mawas diri, dalam menilai sejauh mana pengabdian dan kinerja Korps Wanita Angkatan Laut dalam menjalankan peran, tugas dan fungsinya dalam organisasi. Sekaligus sebagai wahana pembinaan tradisi dan memupuk jiwa korsa dalam rangka mewujudkan nilai-nilai moral dan kejuangan Kowal sebagai prajurit matra laut dalam meraih prestasi untuk membangun masa depan yang lebih baik.

“Pembentukan Korps Wanita Angkatan Laut pada awalnya diarahkan untuk mewadahi wanita Indonesia dalam bidang kemiliteran, serta untuk mengisi jabatan dalam organisasi TNI Angkatan Laut guna memenuhi tuntutan organisasi sejalan dengan emansipasi peran wanita Indonesia dalam mengisi pembangunan nasional,” katanya.

Ditambahkannya, berbagai penugasan yang diberikan kepada para prajurit Kowal tidak lain adalah untuk menunjukan konsistensi upaya Pemimpin TNI AL dalam memberikan perlakuan dan kesempatan bagi jajaran Kowal yang setara dengan prajurit lainnya. Hal ini disebabkan keberadaan para prajurit Kowal dalam pengabdiannya selalu berpegang teguh pada kode etik, jiwa korsa dan tuntutan profesionalitas sesuai standar kompetensi yang dipersyaratkan, serta konsistensi dalam menjaga dan menjunjung tinggi harkat dan martabatnya sebagai perempuan Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut Kasal juga menginstruksikan kepada prajurit Kowal untuk senantiasa kreatif dan inovatif serta berupaya adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memantapkan setiap kesempatan dan peluang yang diberikan untuk meningkatkan intelektual dan profesionalisme agar tuntutan dalam kinerja dapat lebih optimal, sehingga Kowal memiliki andil dalam mewujudkan TNI AL yang handal dan disegani.(Mun/A-147) ***

Sumber : Pikiran-Rakyat Online.com, Rabu, 05/01/2011 - 15:20