RAIH KEMENANGAN KLIK DI SINI

Selasa, 31 Mei 2011

Indonesia Lawan Denmark di Semifinal

Selasa, 31 Mei 2011

RUSWANTO ADI PRADANA ONLINE

Indonesia Lawan Denmark di Semifinal

Mohammad Ahsan (kanan) dan Alvent Yulianto Chandra bermain gemilang Indonesia melaju ke babak semifinal melawan Denmark di Piala Sudirman di Qingdao, Cina sesudah menumbangkan Jepang hari Jumat (27/05). Poin pertama diraih oleh pemain ganda Alvent Chandra/Mohamad Ahsan yang menyingkirkan ganda putra Jepang Noriyasu Hirata/Hirokatsu Hashimoto dengan angka 21-17 dan 21-16. (Foto :AFP/BBC)***

Berita Terkait :

Link terkait

Topik terkait

Namun pemain tunggal putri Jepang Eriko Hirose berhasil meraih satu poin dengan mengalahkan Ardiyanti Firdasari meski melalui permainan alot 21-19 17-21 21-14.

Dalam kedudukan berimbang 1-1, tunggal putra Indonesia Simon Santoso ternyata kalah di tangan Kenichi Tago dua set langsung 21-15 21-9. Simon sendiri diturunkan untuk menggantikan Dionysius Hayom Rumbaka.

Namun kembali Indonesia bangkit ketika ganda putri Greysia Poli/Meiliana Jauhari menyamakan kedudukan 2-2 sesudah menggilas dua set langsung ganda Jepang Mami Naito/Shizuka Matsuo.

Partai terakhir ganda campuran inilah yang menegangkan. Namun Indonesia akhirnya membukukan kemenangan untuk tiket ke semifinal melaui pasangan Fran Kurniawan Teng/Pia Zebadiah yang menundukkan perlawanan gigih Shintaro Ikeda/Reiko Shiota 25-23 21-14.

Di babak semifinal yang akan berlangsung hari Sabtu (28/05/2011) Indonesia dihadang Denmark yang menumbangkan salah satu tim yang diperhitungkan Taiwan dengan angka telak 3-1.

Semifinalis lainnya, tuan rumah dan juara bertahan Cina akan berhadapan dengan Korea Selatan.***

Source : BBC, Sabtu, 28 Mei 2011 - 00:39 WIB

BeritaTerkait :

9 Mei 2011

1 Mei 2011

30 April 2011

29 April 2011

20 Maret 2011

12 Maret 2011

88,8 Persen Sekolah Tak Lampaui Mutu Standar

Selasa, 31 Mei 2011

RUSWANTO ADI PRADANA ONLINE

88,8 Persen Sekolah Tak Lampaui Mutu Standar

JAKARTA, RUSWANTO ADI PRADANA ONLINE - Sampai saat ini, 88,8 persen sekolah di Indonesia, mulai SD hingga SMA/SMK, belum melewati mutu standar pelayanan minimal. Pada kondisi itu, pemerintah justru gencar menggelontorkan dana untuk menciptakan rintisan sekolah bertaraf internasional.

Berdasarkan data yang ada, 40,31 persen dari 201.557 sekolah di Indonesia di bawah standar pelayanan minimal (SPM), sedangkan 48,89 persennya pada posisi SPM. Hanya 10,15 sekolah yang memenuhi standar nasional pendidikan. Pemerintah menggenjot rintisan sekolah bertaraf internasional (SBI) 0,65 persen.

Kondisi itu terungkap dalam rapat kerja Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh dan Komisi X DPR di Jakarta, Senin (21/3) malam. Rapat membahas dana alokasi khusus, postur anggaran pendidikan 2010, persiapan ujian nasional, hingga SBI.

Pada jenjang pendidikan dasar, hingga kini layanan pendidikan mulai dari guru, bangunan sekolah, fasilitas perpustakaan dan laboratorium, buku-buku pelajaran dan pengayaan, serta buku referensi masih minim. Pada jenjang SD, baru 3,29 persen dari 146.904 sekolah yang masuk kategori sekolah standar nasional (SSN) atau sekolah ideal.

Sebanyak 44,84 persen layanan pendidikan SD bahkan di bawah SPM. Sebanyak 51,71 persen lainnya baru masuk kategori standar minimal.

Pada jenjang SMP, 28,41 persen dari 34.185 sekolah masuk kategori SSN. Lainnya, 26 persen SMP masuk kategori di bawah SPM dan 44,54 SMP memenuhi SPM.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar memuat ketentuan minimal yang harus dipenuhi sekolah. Untuk lokasi SD, misalnya, mesti terjangkau jalan kaki maksimal 3 kilometer. Sementara untuk SMP 6 km.

Dalam satu rombongan belajar SD, maksimal siswa 32 orang, sedangkan SMP 36 orang dan harus ada ruang kelas dilengkapi meja dan kursi sesuai jumlah siswa. Kenyataannya, banyak sekolah berjubel siswa dengan mebeler tak memadai.

Guru di SD minimal 6 orang. Di SMP, satu guru untuk tiap mata pelajaran. Itu pun belum bisa dipenuhi. Soal buku teks yang harus disediakan sekolah hingga kini belum terpenuhi.

Theresia EE Pardede (Fraksi Partai Demokrat) mempertanyakan kesenjangan tajam itu. ”Kalau buru-buru mengejar RSBI, kesenjangan makin tajam,” katanya.

Menurut Nurhasan Zaidi (Fraksi Partai Keadilan Sejahtera), jika sekolah di kategori SPM banyak, mesti ada skala prioritas. ”Lompatan ke RSBI menciptakan ketimpangan yang menjadi-jadi. Apalagi jika yang dikejar cuma agar siswa jago bahasa Inggris. Jepang justru menerjemahkan buku asing ke bahasa Jepang untuk transfer ilmu pengetahuan dan teknologi,” katanya.

Mendiknas mengatakan, tiap sekolah harus naik kelas. ”Kami tetap mengembangkan SBI, tetapi tentu dengan jaminan mutu yang diawasi ketat,” kata Mohammad Nuh. (ELN)***

Source : Kompas, Rabu, 23 Maret 2011

Ada 3 Komentar Untuk Artikel Ini.


  • Fachrizal Daniel

Kamis, 24 Maret 2011 | 08:25 WIB

Konsep Pendidikan Nasional sebenarnya udah jelas dan terang benderang, namun implementasi yang masih gelap gulita (baca : meraba-raba)!

Balas tanggapan


  • UNTUNG PURNOMO

Rabu, 23 Maret 2011 | 08:02 WIB

RSBA saya kira lebih baik bagi dunia pendidikan di Indonesia, rintisan sekolah berstandar akhirat.

Balas tanggapan


  • Yan lim

Rabu, 23 Maret 2011 | 22:41 WIB

ga guna , harap surga akhirat tp ciptakan kebodohan di dunia . Uda ga zaman omg akhirat2 , emg maw ketinggalan trus .

Balas tanggapan

Sabtu, 21 Mei 2011

Sistim Pendidikan Nasional Mulai Dimasuki Kurikulum Asing

Sabtu, 21 Mei 2011

RUSWANTO ADI PRADANA ONLINE

Alur Tatacara Pendaftaran SNMPTN Tahun 2011

UMPTN/"PRLM"

Sistim Pendidikan Nasional Mulai Dimasuki Kurikulum Asing

BANDUNG, PRLM, RUSWANTO ADI PRADANA ONLINE - Sistem pendidikan Indonesia kini tidak hanya mengantarkan pada era liberalisasi ekonomi melainkan juga liberalisasi ideologi. Kurikulum pendidikan Indonesia pun mulai dimasuki kurikulum pendidikan asing yang tidak membawa nilai moral.

“Justru mengarah pada paham humanisme saja. Dalam pasal 73 RUU perguruan tinggi pun diatur khusus mengenai perguruan tinggi asing di Indonesia. Ini jelas bertentangan dengan filosofi pancasila,” kata Menteri Hubungan Luar Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung Laksito Hedi, dalam renungan menyambut Hari Kebangkitan Nasional Jumat (20/5/2011).

Menurut Laksito, sistem pendidikan Indonesia kerap mengalami perubahan yang bukan semakin menguntungkan iklim pendidikan tanah air. Melainkan semakin mempersulit seseorang untuk mengenyam pendidikan. Seperti yang tertuang dalam RUU PT yang tidak berpihak kepada mahasiswa. “Mahasiswa diharuskan membayar maksimal 1/3 pembiayaan. Jumlah ini masih terlalu besar mengingat beban utama pembiayaan seharusnya jatuh kepada pemerintah yang menjadi tokoh utama penyelenggara pendidikan,” ujarnya. (A-157/kur)***

Alur Tatacara Pendaftaran SNMPTN Tahun 2011

Sabtu, 21 Mei 2011

RUSWANTO ADI PRADANA ONLINE

Alur Tatacara Pendaftaran SNMPTN Tahun 2011

UMPTN/"PRLM"

Kamis, 19 Mei 2011

Inilah Orang Pertama Dunia Sembuh dari AIDS

Kamis, 18 mei 2011

RUSWANTO ADI PRADANA ONLINE

Inilah Orang Pertama Dunia Sembuh dari AIDS

Timothy Ray Brown - Foto: Ist

Oleh: Billy A. Banggawan

Teknologi - Kamis, 19 Mei 2011 | 07:11 WIB

TERKAIT :

INILAH.COM, San Fransisco, RUSWANTO ADI PRADANA ONLINE Dokter mengatakan, pria 45 tahun di California ini mungkin menjadi orang pertama yang sembuh dari AIDS. Ini diketahui dari gen kebal HIV miliknya. Seperti apa?

Timothy Ray Brown diketahui positif HIV (human immunodeficiency virus) pada 1995. Kini, ia masuk jurnal ilmiah sebagai orang pertama yang berhasil ‘menghapus’ virus HIV dari tubuhnya secara sepenuhnya. Dokter menyebut kondisi ini ‘penyembuhan fungsional’.

Pada 2008, Brown tinggal di Berlin dan mengidap HIV dan leukemia. Di sana, ilmuwan melakukan cangkok tulang sumsum untuk mengobati leukemianya. Ilmuwan mengatakan, Brown mendapat sumsum dari donor yang termasuk dalam 1% Caucasia kebal HIV.

“Saya berhenti berobat HIV di hari saya mendapat transplan itu,” papar pria yang dijuluki ‘Pasien Berlin’ itu.

Peneliti AIDS Dr Jay Levy dari University of California, San Fransisco (UCSF) mengatakan, kasus Brown membuka pintu ‘riset penyembuhan’.

Namun, dokter menekankan, prosedur radikal Brown mungkin tak cocok dengan penderita HIV lain karena sulitnya cangkok sumsum dan menemukan donor yang sesuai.

“Tentunya Anda tak mau melakukan cangkok ini karena risiko kematiannya,” ungkap Paul Volberding dari UCSF.

Banyak pertanyaan mengenai pengobatan Brown tak terjawab, lanjutnya. “Satu elemen pengobatannya nampaknya memungkinkan virus keluar dari tubuhnya,” lanjutnya lagi.

Hal ini akan menjadi studi yang menarik, tutupnya.

Berikut video ‘Pasien Berlin’ tersebut. [mor]***

Source : inilah.com, Kamis, 19 Mei 2011 | 07:11 WIB