RAIH KEMENANGAN KLIK DI SINI

Jumat, 11 Maret 2011

KAWASAKI Pengancam Jantung Anak

Jumat,

11 Maret 2011

Ruswanto Adi Pradana Online

Penyakit Kawasaki

KAWASAKI

Pengancam Jantung Anak

Pada tahun 1967, dokter Tomisaku Kawasaki menemukan penyakit misterius yang menyerang anak-anak Jepang. Diawali demam tinggi, penyakit yang sampai sekarang belum diketahui penyebabnya ini bisa merusak pembuluh arteri jantung hingga berujung pada kematian.

Sejak hari pertama Grace terkena demam tinggi tahun 2005, ibunya, Asui (40), langsung membawa Grace ke dokter spesialis anak. Grace yang saat itu berumur 6,5 tahun oleh dokter didiagnosis terkena virus lalu diberi obat.

Keesokan hari, demam Grace semakin tinggi. Kedua mata dan bibirnya memerah. Lidahnya merah dan berbintik-bintik kasar seperti buah stroberi. Di sekujur badannya muncul bercak-bercak merah seperti kena campak.

Saat itu dokter mencurigai Grace terkena penyakit kawasaki dan menyarankan agar Grace dirawat di rumah sakit. Namun, sampai 10 hari kemudian, dokter belum berani menyatakan, Grace terkena kawasaki.

”Ketika seluruh ujung jari tangan dan kaki anak saya mengelupas, saya minta ketegasan dari dokter. Dari informasi yang saya cari di internet, saya yakin Grace terkena kawasaki. Ternyata benar setelah saya periksakan ke dokter lain,” kata Asui.

Asui tidak terlambat membawa Grace ke dokter, tetapi justru dokter yang ragu mendiagnosis Grace. Karena diagnosis baru ditegakkan setelah lewat 10 hari, penyakit itu telah merusak pembuluh arteri jantung Grace.

Meski kasusnya pertama kali ditemukan di Jepang, bukan berarti negara lain di dunia, termasuk Indonesia, bebas dari penyakit kawasaki. Menurut dokter ahli jantung anak, Najib Advani, yang mendalami penyakit kawasaki, penyakit tidak menular ini banyak menyerang orang dari ras Mongolia, seperti Jepang, China, dan Korea.

Di Amerika dan negara-negara Eropa, umumnya yang terkena kawasaki juga keturunan Jepang, China, atau Korea. ”Pasien saya 60 persen merupakan etnis Tionghoa dan sisanya dari berbagai macam etnis,” kata Najib.

Sebanyak 80 persen kasus kawasaki terjadi pada anak balita, terutama yang berusia 1-2 tahun, usia paling rentan terkena kawasaki.

Najib memperkirakan, di Indonesia ada 5.000 kasus kawasaki per tahun. Namun, yang terdiagnosis baru sekitar 200 kasus. Sisanya tidak terdeteksi diduga karena terdiagnosis sebagai kasus lain.

Penyakit kawasaki bisa diobati dan pasien bisa sembuh total jika tidak terlambat ditangani.

Idealnya, menurut Najib, pengobatan kawasaki dilakukan 5-7 hari sejak demam pertama muncul. ”Toleransi maksimal sampai hari ke-10. Kalau terlambat, bisa merusak arteri jantung,” kata Najib. Pemeriksaan darah bisa dilakukan untuk mendukung diagnosis kawasaki.

Pengobatan utama dilakukan dengan memberikan obat imunoglobulin. Namun, obat untuk meredakan peradangan ini sangat mahal, sekitar Rp 1,2 juta per gram. Padahal, pengobatan memerlukan 2 gram per kilogram berat badan anak. Anak dengan berat badan 20 kg bisa menghabiskan biaya pengobatan Rp 50 juta.

Asui bertutur, mengeluarkan biaya Rp 160 juta untuk memberikan imunoglobulin pada anak. ”Anak saya waktu itu gemuk sekali,” kata Asui yang anak pertamanya, Brandon, juga terkena penyakit kawasaki.

Komplikasi

Sayangnya, sebagian pasien terlambat didiagnosis menderita kawasaki. Najib yang beberapa kali terlibat dalam penelitian tentang kawasaki secara internasional menyatakan, kawasaki bisa merusak pembuluh arteri jantung bila ”waktu emas” penanganannya terlampaui.

Penyakit itu menyebabkan peradangan pada pembuluh arteri jantung. Peradangan membuat arteri jantung membengkak. Semakin terlambat ditangani, pembengkakan semakin besar dan dinding pembuluh semakin tipis. Menurut Najib, pada 20-40 persen kasus yang tidak diobati atau terlambat diobati terjadi komplikasi jantung.

Pembuluh arteri jantung Grace membengkak hingga berdiameter 8 milimeter ketika dokter akhirnya mendiagnosis dia terkena kawasaki. Padahal, diameter normal pembuluh arteri jantung untuk usianya adalah 3-4 milimeter.

Pembengkakan arteri jantung menyebabkan aliran darah tidak lancar karena darah mengalami turbulensi. Turbulensi di arteri yang rusak kalau dibiarkan menyebabkan pembekuan darah sehingga menyumbat aliran darah ke jantung. Lebih lanjut, karena tak mendapat pasokan oksigen dari darah, otot jantung rusak.

Arteri yang bengkak bisa menyempit kembali secara alamiah. Namun, kadang-kadang arteri jantung justru menyempit.

Untuk melancarkan aliran darah, penderita kawasaki dengan pelebaran koroner yang berat harus meminum obat pengencer darah, seperti aspirin, seumur hidup.

Anak yang pembuluh darah jantungnya rusak seperti Grace harus benar-benar menjaga kondisi tubuhnya. Setiap tahun pembuluh arterinya diamati melalui kateterisasi jantung.

Atas prakarsa Najib, orangtua penderita kawasaki mendirikan perkumpulan agar bisa saling bertukar pikiran dan memberikan informasi kepada orangtua penderita kawasaki.(Lusiana Indriasari)***

Source : Kompas, Selasa, 1 Maret 2011

KOMENTAR

Ada 1 Komentar Untuk Artikel Ini.


  • Thomas Argo Pranoto

Selasa, 1 Maret 2011 | 23:24 WIB

Dengan data bahwa di Indonesia tiap tahun terjangkit mengerikan spt ini, tetapi masih dapat disembuhkan bila tdk terlambat, sebaiknya penyakit ini lebih gencar dipublikasikan dgn seminar2.... , Poster..

Balas tanggapan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar