Awan Bersinar, Apakah Itu?
Senin, 31 Januari 2011 | 15:45 WIB
KOMPAS.com - Langit malam biasanya hanya akan disinari cahaya bulan dan bintang. Namun, dalam kasus yang sangat jarang, langit malam juga bisa diterangi oleh awan bercahaya yang memantulkan cahaya matahari.
Awan bercahaya terbentuk di ketinggian 80 - 85 kilometer di atmosfer. Cahaya awan itu sebenarnya merupakan cahaya matahari yang dipantulkan. Letak awan yang tinggi membuatnya mampu memantulkan cahaya meski matahari sendiri telah tenggelam.
Biasanya, fenomena yang juga disebut awan polar mesospheric ini terjadi ketika suhu menurun hingga -130 derajat Celsius. Kebanyakan, fenomena terjadi di belahan utara dan selatan bumi, wilayah di atas 50 derajat lintang.
Mathhews DeLand dari Goddard Space Flight Center NASA mengatakan pada Space.com miggu lalu, fenomena itu awalnya jarang terjadi. Selama 11 tahun terakhir mempelajari, DeLand hanya menemukannya sekali.
Namun, DeLand mengatakan, kini fenomena tersebut kini semakin sering dijumpai dan cahayanya menjadi lebih terang. Ia menduga, peningkatan ini berkaitan dengan perubahan temperatur dan kelembaban di mesosfer.
Penurunan temperatur menyebabkan lebih banyaknya es atau awan terbentuk. Sementara, kelembaban yang lebih tinggi memicu terbentuknya partikel es yang lebih besar, yang mampu merefleksikan lebih banyak cahaya.
Dengan meningkatkan jumlah fenomena awan bersinar, maka mungkin temperatur mesosfer semakin rendah. DeLand menuturkan, peningkatan jumlah gas rumah kaca bisa jadi sebab turunnya temperatur itu.
Karbon dioksida, salah satu gas rumah kaca, meradiasikan panas ke angkasa, menyebabkan pendinginan. Sementara, gas metana membuat kelembaban meningkat, sebab cahaya matahari akan mengubah metana menjadi air.
Sejauh ini, peneliti belum yakin faktor yang paling berpengaruh, apakah kelembaban atau temperatur. Namun, DeLand memastikan, hal tersebut akan menjadi fokus pada penelitian selanjutnya.
Tercatat, fenomena ini terakhir terjadi di Billund, Denmark pada tanggal 15 Juli 2011 lalu. DeLand sendiri telah mempelajari awan ini dari data instrumen dari data dan satelit sejak tahun 1978 lalu. (Penulis: Yunanto Wiji Utomo | Editor: A. Wisnubrata)***
Sumber : SPACE.COM
Ada 1 Komentar Untuk Artikel Ini.
Senin, 31 Januari 2011 | 15:58 WIB
Catatan mengenai fenomena terakhirnya apa nggak salah ketik tuh!! 15 Juli 2011 kan belum lagi nyampe!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar