RAIH KEMENANGAN KLIK DI SINI

Senin, 07 Februari 2011

Biarkan "Crop Circle" Tetap Jadi Misteri

ANALISIS ANTROPOLOGI

Biarkan "Crop Circle" Tetap Jadi Misteri

Senin, 07 Februari 2011 | 12:46 WIB

Sebuah pola unik dalam lingkaran (crop circle) berdiameter sekitar 50 hingga 70 meter tercetak di areal persawahan di Desa Jogotirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (24/1/2011). Kemunculan pola tersebut menarik perhatian warga dari berbagai daerah untuk menyaksikannya langsung. Belum diketahui secara pasti penyebab fenomena ini. (KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)***

TERKAIT:

SLEMAN — Dosen Antropologi Visual UGM Yogyakarta, M Zamzam Fauzanafi, berharap agar crop circle di Yogyakarta tetap menjadi misteri sehingga orang akan terus punya bermacam persepsi akan maknanya. Zamzam menilai fenomena crop circle itu menjadi cermin kehidupan manusia saat ini.

"Orang zaman sekarang selalu mencari tontonan yang baru. Crop circle di Berbah merupakan suatu hal yang baru bagi orang Yogya, bahkan orang Indonesia," kata Zamzam ketika ditemui di rumahnya, Krapyak, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Rabu (26/1/2011).

Menurut dia, simbol yang terbentuk di crop circle tidak bisa dimaknai. "Simbol hanya bermakna ketika dikaitkan dengan konteks, sedangkan kita tidak bisa menemukan konteks pada simbol ini," katanya.

Ia berpesan, biarkan ini menjadi misteri. Karena dengan misteri, orang akan terus memersepsikan maknanya. Semua pemaknaan sah-sah saja hukumnya. Karena ini adalah pesan, yang bebas diartikan semua orang.

Baginya, fenomena kemunculan pola aneh di Berbah dan Piyungan adalah manifestasi karakter manusia saat ini, yaitu eksistensi. Terlepas dari perdebatan siapa yang membuat pola itu, orang yang menonton dan pembuat pola berebut untuk diakui eksistensinya.

"Jika kita asumsikan crop circle Berbah dibuat manusia, orang itu ingin menunjukkan eksistensi melalui karya. Begitu juga orang yang menonton. Mereka berlomba ingin menyaksikan secara langsung fenomena tersebut," katanya.

Masyarakat seakan tidak mau ketinggalan informasi. "Seakan-akan ada rasa ketinggalan informasi jika tidak menonton dari tempat kejadian. Kalau kata anak sekarang, ya, ngeksis," kata Zamzam.

Fenomena crop circle telah merebut atensi semua kalangan. Ini memberikan keuntungan ekonomi bagi media massa maupun masyarakat sekitar. "Saat ini adalah era ekonomi atensi. Siapa yang bisa merebut perhatian khalayak dengan cepat, dialah yang memperoleh benefit dan eksis," katanya sembari tertawa.(Tribun Jogja/Hendi Kurniawan)*** Editor: Tri Wahono

Sumber : Kompas.com, Kamis, 27 Januari 2011

Ada 15 Komentar Untuk Artikel Ini.

  • Trojjafocka Trahgali

Jumat, 28 Januari 2011 | 06:23 WIB

SELAMAT DATANG DALAM NEGARA TANPA LOGIKA KAWAN hahahahahahahahahahahahahahahahaha

Balas tanggapan

  • dede nuryadin

Kamis, 27 Januari 2011 | 15:44 WIB

jangan biarkan menjadi misteri semuanya jelas nggak ada UFO tuhan tidak menciptakan UFO hanya ada manusia yang punya kepentingan dan kadang manusia merusak alam

Balas tanggapan

  • sugiarto trihatmodjo

Minggu, 30 Januari 2011 | 20:12 WIB

Supaya jelas mesti ada penelitian mendalam dan melibatkan ahli dr luar dan Objektif. Selama ini kedirgantaraan kita minus dana utk penelitian tsb. Yg jelas, fenomena kesaksian UFO sdh banyak tjd dan dipetieskan utk alasan keamanan. Ini masyarakat kita yg salah kaprah ikut-ikutan menyimpulkan bahwa tdk ada UFO dan CC Sleman dll karya manusia!

Balas tanggapan

  • Chen Xiaoyan

Kamis, 27 Januari 2011 | 15:42 WIB

jgn2 sengaja x pemerintah bikin heboh n kerjaan mereka sendiri untuk mengalihkan kasus2 such century n gayus dkk bcs all president men

Balas tanggapan

  • Trojjafocka Trahgali

Jumat, 28 Januari 2011 | 06:22 WIB

ini baru jawaban yang benar.....!!!!!!!!!!!!

Balas tanggapan

1 2 3 »

Tidak ada komentar:

Posting Komentar