ANTROPOLOGI
Neanderthal Juga "Manusia"....
Oleh Luki Aulia
Dasar Neanderthal!” Pernah mendengar ejekan seperti itu? Biasanya orang akan tersinggung jika dipanggil Neanderthal gara-gara stigma lugu, bodoh, dan primitif yang menempel pada manusia purba Neanderthal. Padahal, Neanderthal terbukti cerdas dan kreatif menciptakan barang dan teknologi, sama seperti kita.
Hanya karena Neanderthal (Homo neanderthalensis) tinggal di dalam gua dan hidup pada zaman yang primitif tidak lantas Neanderthal juga lugu, bodoh, dan gagap teknologi (gaptek). Dibandingkan dengan zaman sekarang, jelas mereka tampak primitif. Tetapi, pada zamannya, Neanderthal cerdas, bahkan lebih maju dibandingkan manusia modern awal, nenek moyang kita (Homo sapiens).
Antropolog Julien Riel-Salvatore dari University of Colorado, AS, mengemukakan, Neanderthal juga gandrung pada inovasi dan teknologi, sama seperti kita. Beragam peralatan seperti alat memancing, berburu, proyektil, dan peralatan lain dari tulang dan batu ditemukan di situs-situs arkeologi Uluzzian (salah satu kelompok etnis dalam keluarga besar Neanderthal) di Italia selatan.
Kemampuan inovasi Neanderthal, kata Riel-Salvatore, murni inisiatif mereka tanpa ada pengaruh dari spesies manusia lain. Selama ini banyak pihak menduga Neanderthal bisa membuat beragam peralatan karena pernah berinteraksi dan belajar dari nenek moyang kita.
Asumsi itu ditepis Riel-Salvatore dalam laporan penelitian di jurnal Archaeological Method and Theory. Menurut harian the New York Times, Senin (27/9), selama tujuh tahun Riel-Salvatore dan timnya membandingkan artefak dari situs-situs Neanderthal di wilayah Italia selatan dan tengah dengan artefak manusia modern dari periode waktu yang sama di Italia utara.
Ternyata, manusia modern di Italia utara mengembangkan peralatan yang berbeda dari kelompok Neanderthal di Italia selatan. Sementara Neanderthal di Italia tengah selama 100.000 tahun menggunakan peralatan batu yang terus sama. Berarti inovesi teknologi di utara dan selatan berjalan sendiri-sendiri.
Perubahan iklim
Neanderthal hidup tersebar di Eropa sekitar 140.000 tahun lalu dan ada sekelompok Neanderthal yang berkembang menjadi etnis Mousterian. Sekitar 42.000 tahun lalu manusia modern masuk ke Eropa dan membentuk etnis Aurignacian di utara. Pada saat yang sama, terbentuk etnis Neanderthal baru, Uluzzian, di selatan. Situs Discovery News menyebutkan, Uluzzian berbeda dari Mousterian karena Uluzzian menciptakan peralatan yang lebih mirip dengan alat manusia modern.
Sebenarnya, sebut situs Science Daily, karakter Uluzzian sangat berbeda dari keluarga Neanderthal yang lain karena mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Tim peneliti menduga Uluzzian mau tak mau harus beradaptasi dengan lingkungan untuk bertahan hidup. Pada saat itu kemungkinan besar terjadi perubahan iklim.
Berbagai peralatan yang ditemukan di situs Uluzzian menunjukkan perubahan perilaku Neanderthal. Ketika daerah mereka tinggal semakin terbuka dan kering, Uluzzian mulai belajar berburu dan memancing serta membuat anak panah dari tulang dan batu.
Namun, lalu muncul pertanyaan. Jika Neanderthal mampu beradaptasi dan bertahan hidup selama sekitar 100.000 tahun lalu mengapa mereka bisa punah?
”Kemampuan beradaptasi dan menciptakan sesuatu menunjukkan mereka tidak berbeda dari kita. Neanderthal juga manusia, tetapi dari jenis yang berbeda dari kita. Kita lebih seperti kakak adik, bukan sepupu,” kata Riel-Salvatore.
Neanderthal berpisah dari garis evolusi kita sekitar 500.000 tahun lalu dan tiba-tiba lenyap dari muka bumi sekitar 30.000 tahun lalu. Muncul spekulasi, antara lain, Neanderthal punah karena satu per satu dibunuh manusia modern. Riel-Salvatore mencoba berasumsi; Neanderthal punah karena anggota keluarga Homo sapiens lebih banyak sebab aktif bereproduksi.
Analisis di jurnal Current Anthropology menyebutkan, sekitar 40.000 tahun lalu terjadi tiga kali letusan gunung berapi yang dahsyat di daerah yang kini kita kenal sebagai Italia dan pegunungan Caucasus. Akibatnya, Neanderthal di wilayah tersebut lenyap karena tiga letusan gunung berapi itu termasuk letusan terdahsyat di Eropa sepanjang 200.000 tahun terakhir.
Manusia modern yang juga hidup pada masa itu tidak ikut punah. Alasannya, karena populasinya lebih besar dan mereka sebagian besar tinggal di Afrika dan Asia sehingga tidak terkena dampak letusan gunung. Antropolog John Hoffecker menegaskan, Neanderthal sudah terpinggirkan karena kalah jumlah dari nenek moyang kita. (The New York Times/Discovery News/Science Daily)***
Sumber : Kompas, Sabtu, 2 Oktober 2010 | 04:12 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar