23 April 2011
RUSWANTO ADI PRADANA ONLINE
GIZI MASYARAKAT
Orang Indonesia Kian Pendek dan Gemuk
Ilustrasi
JAKARTA, RUSWANTO ADI PRADANA ONLINE - Pola konsumsi makanan yang tak berimbang menyebabkan struktur tubuh anak-anak Indonesia semakin tidak ideal. Jika tidak segera diatasi, karakter fisik manusia Indonesia ke depan adalah pendek dan gemuk.
”Tubuh pendek terkait kondisi ekonomi, sedangkan gemuk berhubungan dengan pola makan seseorang,” kata Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Minarto dalam Seminar Gizi Lebih: Ancaman Tersembunyi Masa Depan Anak Indonesia di Jakarta, Rabu (20/4).
Data Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan Badan Ketahanan Pangan 2009 menunjukkan, konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia baru mencapai 60 persen dari jumlah yang dianjurkan. Badan pendek disebabkan kurangnya asupan pangan hewani. Adapun kegemukan terjadi karena kelebihan konsumsi makanan yang mengandung minyak dan lemak serta padi-padian.
Berdasarkan penelitian Atmarita dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan pada 2010, tinggi badan anak laki-laki Indonesia pada umur 5 tahun rata-rata kurang 6,7 sentimeter dari tinggi yang seharusnya, sedangkan pada anak perempuan kurang 7,3 sentimeter. Anak umur 5 tahun seharusnya memiliki tinggi badan 110 sentimeter.
”Kurangnya konsumsi pangan hewani akan membuat kurangnya sejumlah zat gizi mikro yang menjadi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak,” kata Minarto. Konsumsi pangan hewani tidak dapat digantikan jenis bahan pangan lain. Jenis pangan ini dapat diperoleh dari daging, aneka jenis ikan, dan telur.
Kasus kegemukan meningkat
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010, prevalensi kegemukan anak balita Indonesia mencapai 14 persen, dengan rincian prevalensi 14,9 persen dari keluarga kaya dan 12,4 persen dari keluarga miskin. Jumlah anak balita kegemukan meningkat karena survei serupa pada 2007 menunjukkan prevalensi anak balita kegemukan baru 12,2 persen. Kasus kegemukan paling banyak terjadi tahun 2010, yaitu di Jakarta dengan 19,6 persen.
Dosen Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan anggota Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia, Saptawati Bardosono, mengungkapkan, penumpukan lemak pada pinggang, yang biasanya dialami orang dewasa, kini semakin banyak terjadi pada anak-anak.
Selain akibat pola makan yang keliru, yaitu banyaknya konsumsi susu dan makanan manis, kegemukan juga disebabkan kurangnya aktivitas fisik karena anak terlalu banyak menonton televisi dan berkegiatan di dalam rumah yang sempit. Salah jika ada anggapan yang mengatakan bahwa anak gemuk adalah anak yang lucu dan sehat.
Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Rini Sekartini, menambahkan, kegemukan meningkatkan risiko penyakit terkait jantung dan pembuluh darah, diabetes, kanker, kelainan otot, serta kelainan pernapasan. (MZW)***
Source : Kompas, Kamis, 21 April 2011
KOMENTAR
Ada 54 Komentar Untuk Artikel Ini.
Sabtu, 23 April 2011 | 13:47 WIB
gimana indonesia mau maju, yg dipikirkan bikin anak aja tanpa mikirkan gizinya. malah gubernur Sumaber dari PKS anaknya 9. kok orang kayak gini bisa kepilih jadi gubernur.
Jumat, 22 April 2011 | 23:50 WIB
gak apa apa makin pendek dan gemuk,,,,yg penting jumlahnya makin banyak hehehe,,,,,,
Jumat, 22 April 2011 | 13:57 WIB
Ada begitu banyak faktor untuk sehat, seperti istirahat cukup, oksigen cukup, sinar matahari cukup, dll. Tapi kalo bicara soal makanan, tiap mahluk hidup di bumi ini tentu punya makanan alaminya sendiri. Kuda makan rumput, singa makan daging, burung makan padi-padian, tanpa dimasak tentunya. Kalo manusia, dilihat dari segi fisiologisnya (gigi, ph tubuh, proses pencernaan, mata dan lidah yang bisa mengecap ribuan warna dan rasa, dll) yang paling mirip (sorry) kera, yah mayoritas makanannya mestinya buah-buahan dan sayuran mentah yang matang di pohon, bebas pestisida dan rendah lemak. Panduannnya minimal 80% karbohidrat, maximum 10% lemak dan max 10% protein. Tiap mahluk kalo kaga dikasih makan yang merupakan makanan alaminya mana mungkin bisa makmur tubuhnya, begitu juga dengan manusia. Cuma manusia yang makan segala macam plus dimasak dengan panas api, dari daging, minyak, sampai ke padi-padian. Panas api membuat molekul makanan bermutasi jadi racun dan kehilangan mayoritas nutrisi, hasilnya cuma makanan 'junkfood' yang berkalori kosong (tanpa mikronutrisi dan overdose lemak maupun protein hewani). Moga-moga membantu. Sumber: THE 80/10/10 DIET by Douglas Graham.
Jumat, 22 April 2011 | 13:57 WIB
Ada begitu banyak faktor untuk sehat, seperti istirahat cukup, oksigen cukup, sinar matahari cukup, dll. Tapi kalo bicara soal makanan, tiap mahluk hidup di bumi ini tentu punya makanan alaminya sendiri. Kuda makan rumput, singa makan daging, burung makan padi-padian, tanpa dimasak tentunya. Kalo manusia, dilihat dari segi fisiologisnya (gigi, ph tubuh, proses pencernaan, mata dan lidah yang bisa mengecap ribuan warna dan rasa, dll) yang paling mirip (sorry) kera, yah mayoritas makanannya mestinya buah-buahan dan sayuran mentah yang matang di pohon, bebas pestisida dan rendah lemak. Panduannnya minimal 80% karbohidrat, maximum 10% lemak dan max 10% protein. Tiap mahluk kalo kaga dikasih makan yang merupakan makanan alaminya mana mungkin bisa makmur tubuhnya, begitu juga dengan manusia. Cuma manusia yang makan segala macam plus dimasak dengan panas api, dari daging, minyak, sampai ke padi-padian. Panas api membuat molekul makanan bermutasi jadi racun dan kehilangan mayoritas nutrisi, hasilnya cuma makanan 'junkfood' yang berkalori kosong (tanpa mikronutrisi dan overdose lemak maupun protein hewani). Moga-moga membantu. Sumber: THE 80/10/10 DIET by Douglas Graham.
Jumat, 22 April 2011 | 13:57 WIB
Ada begitu banyak faktor untuk sehat, seperti istirahat cukup, oksigen cukup, sinar matahari cukup, dll. Tapi kalo bicara soal makanan, tiap mahluk hidup di bumi ini tentu punya makanan alaminya sendiri. Kuda makan rumput, singa makan daging, burung makan padi-padian, tanpa dimasak tentunya. Kalo manusia, dilihat dari segi fisiologisnya (gigi, ph tubuh, proses pencernaan, mata dan lidah yang bisa mengecap ribuan warna dan rasa, dll) yang paling mirip (sorry) kera, yah mayoritas makanannya mestinya buah-buahan dan sayuran mentah yang matang di pohon, bebas pestisida dan rendah lemak. Panduannnya minimal 80% karbohidrat, maximum 10% lemak dan max 10% protein. Tiap mahluk kalo kaga dikasih makan yang merupakan makanan alaminya mana mungkin bisa makmur tubuhnya, begitu juga dengan manusia. Cuma manusia yang makan segala macam plus dimasak dengan panas api, dari daging, minyak, sampai ke padi-padian. Panas api membuat molekul makanan bermutasi jadi racun dan kehilangan mayoritas nutrisi, hasilnya cuma makanan 'junkfood' yang berkalori kosong (tanpa mikronutrisi dan overdose lemak maupun protein hewani). Moga-moga membantu. Sumber: THE 80/10/10 DIET by Douglas Graham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar