RAIH KEMENANGAN KLIK DI SINI

Jumat, 21 Mei 2010

Shakuntala Devi, Si Genius Matematika


Shakuntala Devi. (KOMPAS/FRANSISCA ROMANA NINIK)***

Shakuntala Devi, Si Genius Matematika

OLEH FRANSISCA ROMANA NINIK dan ELOK DYAH MESSWATI

Anda tidak suka pelajaran Matematika? Apakah berhitung dan angka menjadi momok bagi Anda? Temuilah Shakuntala Devi, si ajaib di dunia hitung-menghitung. Baginya, matematika bukanlah sesuatu yang menyeramkan, melainkan sesuatu yang menyenangkan.

Sabtu (16/5) pagi hingga siang hari di Pusat Kebudayaan India Jawaharlal Nehru (JNICC), Jakarta, Devi memperlihatkan kegeniusannya di bidang hitung-menghitung. Dia menjawab soal-soal yang diberikan hadirin kepadanya. Salah satunya, akar pangkat tiga dari 469.097.433. Begitu dia membaca soal itu, langsung dijawabnya dalam waktu tak lebih dari satu detik. ”777,” ujarnya.

Si penanya langsung membenarkannya, disambut tepuk tangan hadirin. Berulang-ulang Devi menjawab soal-soal dari hadirin dan berulang-ulang pula dia membuat hadirin terkesan.

”Saya sangat cinta pada angka. Angka bukanlah suatu ancaman. Bahkan, satu hal yang bisa kalian andalkan dalam hidup ini adalah angka,” ujar Devi.

Tak hanya menghitung soal pembagian atau perkalian angka dengan banyak digit, Devi juga dengan cepat mengetahui hari lahir hanya dari tanggal lahir hadirin. Devi pun menyukai astrologi terkait tanggal lahir, tetapi dia tidak meramal nasib.

Tak hanya itu, Devi dengan cepat dan benar mengatakan tanggal berapa saja dalam satu tahun yang merupakan hari Rabu, misalnya. Atau sebaliknya, tanggal 21 setiap bulan, misalnya, jatuh pada hari apa saja.

Tak ada coret-coretan di papan tulis atau di kertas untuk mengungkapkan bagaimana Devi menghitung semua angka itu dengan demikian cepatnya. Dia berkata, semua jawaban itu dengan cepat muncul begitu saja di otaknya.

”Saya melakukannya secara spontan. Tidak ada jarak antara pertanyaan dan jawaban. Saya sudah melakukannya dalam waktu yang lama dan rasanya sudah seperti bagian dari hidup saya,” ujarnya.

Saat ditanya apakah dia pernah salah memberikan jawaban, Devi mengatakan, ”Tidak, saya tidak pernah salah. Barangkali ada kebingungan jika pertanyaan tidak jelas, atau jika angka 4 terlihat seperti 9, bisa saja saya salah,” ujarnya.

Saat ditanya bagaimana dia melakukan semua itu. Sambil tersenyum, Devi menjawab, ”Itu semua anugerah Tuhan, anugerah Dewa Ganesha.”

Sejak kecil

Kegeniusan Devi sudah terlihat saat dia berumur tiga tahun. Lahir di Bangalore, India, pada 4 November 1939, bakatnya terlihat dalam permainan kartu bersama ayahnya yang bekerja di sebuah sirkus. Devi mengalahkan ayahnya dengan mengingat kartu-kartu, bukan karena tipuan sulap.

Pada usia enam tahun, Devi mendemonstrasikan kegeniusannya di hadapan mahasiswa dan profesor di University of Mysore, India, dengan mengerjakan penghitungan aritmatika yang rumit dengan secepat kilat. Dia melakukan hal yang sama pada usia delapan tahun di Annamalai University, Osmania University, dan Vizag University di India.

Dari berbagai penampilannya itu, dia mendapat julukan ”Anak Ajaib”, bahkan ada yang menyebutnya ”Human Computer”. Namun, ia menolak sebutan terakhir. ”Saya lebih dari komputer, saya memiliki hati,” katanya.

Devi berkeliling dunia mempertunjukkan kegeniusannya. Tahun 1977 ia mengalahkan komputer paling canggih kala itu untuk menghitung akar pangkat 23 dari angka 201 digit. Setelah melihat 201 digit angka itu, Devi menunduk, memejamkan mata, dan berkonsentrasi. Saat jarum pada stopwatch mencapai angka 50 detik, Devi membuka mata dan menjawab: 546.372.891. Komputer Univac 1108 memerlukan 62 detik untuk menjawab: 546.372.891.

Tanggal 18 Juni 1980 menjadi hari bersejarah sekaligus pengakuan formal atas kegeniusan Devi. Pada hari itu, dia menghitung perkalian angka 13 digit, 7.686.369.774.870 x 2.465.099.745.779, yang dipilih secara acak oleh sebuah komputer di London. Jawabannya 18.947.668.177.995.426.462.773. 730 muncul dalam waktu hanya 28 detik. Nama Devi terukir dalam Guinness Book of Records.

Semua itu tidak didapat Devi dari bangku sekolah. Kepada Kompas, saat ditemui Jumat (14/5), Devi menuturkan, dirinya tidak mendapat kesempatan mengenyam pendidikan formal.

”Saudara saya tujuh orang. Saya harus melakukan semua pekerjaan rumah tangga keluarga kami,” ujarnya. Semua saudaranya lulus sekolah menengah atas, tetapi tidak satu pun memiliki kegeniusan seperti yang dimilikinya.

Bertemu Soekarno

Kemampuan itu telah membawa Devi keliling dunia, lebih dari 120 negara, dan bertemu tokoh-tokoh dunia. Salah satunya adalah Soekarno, presiden pertama RI yang dia temui pada tahun 1961.

Devi menuturkan, waktu itu Perdana Menteri India pertama, Jawaharlal Nehru, menceritakan kepada Soekarno tentang remaja India yang genius dalam bidang hitung-menghitung.

Soekarno, yang juga suka matematika, tidak percaya. Lalu Nehru ”mengirimkan” Devi ke Jakarta agar dia dapat mempertunjukkan kebolehannya di Istana Negara, Jakarta.

”Beliau (Soekarno) sangat terkesan dan menghadiahi saya gelang yang masih saya simpan di India. Mereka bilang, saya mirip salah satu putri Soekarno,” kenang Devi sambil tertawa.

Kunjungan Devi ke Indonesia sekarang ini merupakan kedatangan yang kedua kali. Dia menyatakan sangat senang, Jakarta sudah berkembang dibandingkan tahun 1961.

Devi kini tengah menanti kerja sama dengan penerbit Gramedia untuk menerbitkan buku-bukunya dalam bahasa Indonesia agar pengetahuan yang dimilikinya bisa dibagikan kepada anak-anak Indonesia.

Devi mengabdikan hidupnya untuk membuat anak-anak yang takut matematika menjadi suka matematika. Dia memberikan konsultasi, menulis buku, dan melatih anak-anak yang kesulitan dalam matematika di berbagai tempat.

Ada 14 buku yang sudah Devi tulis, 6 di antaranya adalah buku matematika. Bukunya yang berjudul Wonderland of Numbers bercerita tentang anak India bernama Neha yang tidak menyukai matematika, tetapi kemudian berubah menjadi jago matematika. Buku ini banyak menginspirasi anak-anak di India sehingga mereka tak lagi membenci matematika.

Dengan segenap kecintaan terhadap dunia angka, dia mendirikan Shakuntala Devi Educational Foundation Public Trust di tempat kelahirannya, Bangalore. Yayasan itu akan dibuka Mei 2010 ini.

”Mimpi saya adalah membagikan pengetahuan saya kepada seluruh dunia. Saya ingin mengubah cara berpikir tentang matematika supaya anak-anak tak lagi menjadikannya sebagai musuh,” tuturnya menutup perbincangan. (Kompas)***

Sumber : Kompas, Kamis, 20 Mei 2010 | 03:24 WIB

Ada 5 Komentar Untuk Artikel Ini. Posting komentar Anda

eva azaliano @ Kamis, 20 Mei 2010 | 14:55 WIB
kapan gramedia mo cetak bukunya??? saran saya di lengkapi VCD or DVDnya biar lebih jelas lagi. lebih cepat lebih baik,saya tunggu informasinya.

eva azalia @ Kamis, 20 Mei 2010 | 14:53 WIB
kapan gramedia mo cetak bukunya?kalo bisa ma VCD or DVD nya,biar lebih jelas neranginya.....saya tunggu informasinya

eva azalia @ Kamis, 20 Mei 2010 | 14:50 WIB
kapan gramedia mo cetak bukunya? lebih cepat lebih baik,sangat bagus......segera infonya.

widodo edi s @ Kamis, 20 Mei 2010 | 11:28 WIB
Mengagumkan sekali ...... subhanallah itulah kekuasaan Allah SWT untuk menunjukkan kebesarannya kepada umat manusia. Dimana saya bisa mendapatkan buku-bukunya ?

Abdul Rivai H. SPd @ Kamis, 20 Mei 2010 | 08:50 WIB
Kapan lagi datang ke Indonesia ,saya kira perlu disosialisasian kepada siswa/siswi diseluruh republik ini. Dan Karya_karyanya bisa didapat dimana ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar