RAIH KEMENANGAN KLIK DI SINI

Rabu, 30 Desember 2009

Sepanjang tahun 2009, prestasi olahraga Indonesia belum menunjukkan kemajuan berarti

LAPORAN AKHIR TAHUN

Bersiap Menghadapi Tahun Kegetiran

Oleh : Mohammad Bakir

Sepanjang tahun 2009, prestasi olahraga Indonesia belum menunjukkan kemajuan berarti dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Beberapa target dapat dicapai, tetapi lebih banyak lagi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan memasuki tahun 2010 ini.

Perbaikan peringkat menjadi ketiga pada SEA Games XXV-2009 Laos—naik dari peringkat keempat di SEA Games 2007 Thailand—misalnya, memang tercapai. Namun, raihan 43 medali emas masih terlalu jauh dibandingkan dengan Thailand (86 medali emas) dan Vietnam (83), yang masing-masing menempati juara umum dan peringkat kedua.

Persoalan yang cukup menonjol menjelang dan selama SEA Games 2009 adalah dualisme pembinaan olahraga nasional. Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Mennegpora) memiliki Program Atlet Andalan (PAL) untuk membina atlet berprestasi, khususnya di nomor individu dan KONI Pusat menggelar pemusatan latihan nasional (pelatnas). Tujuannya sama, membina atlet meningkatkan performanya.

Tidak hanya di Tanah Air, di arena SEA Games Laos pun para atlet seperti terbagi dua. Itu ditandai paling tidak dari jatah jaket yang mereka pakai. Bahkan, tidak jarang masing-masing menonjolkan prestasi atletnya di tengah perolehan medali emas yang tersendat-sendat. Pengelola kedua program itu saling lempar tanggung jawab jika atlet binaan mereka terpuruk.

Wajar jika Mennegpora Andi Mallarangeng menegaskan, ke depan tidak ada lagi dualisme pembinaan olahraga nasional. Andi yang setia menunggui atlet Indonesia tampil di Laos melihat langsung kenyataan itu.

Padahal, kalau mau berbesar hati, program masing-masing memiliki kelemahan. PAL, yang hendak menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan secara paripurna, mengira dapat dengan mudah mengubah mindset atlet dan pengurus olahraga dalam waktu dekat. Memang, atletik misalnya dapat memenuhi target dan pencapaian yang dinginkan. Tetapi, balap sepeda, wushu, atau taekwondo belum menunjukkan hasil optimal.

Sementara itu, pelatnas masih tetap berkutat pada pola lama yang kurang disiplin dan terarah. Akibatnya sama, pencapaian target kurang optimal. Karate, misalnya, hanya tetap bertumpu pada Umar Syarief yang sudah berjuang sejak SEA Games 1995 di Chiangmai, Thailand.

Begitu pula sepak bola, yang selama tahun 2009 belum menunjukkan prestasi berarti di semua tingkatan usia. Penampilan tim nasional U-19 yang berlatih selama dua tahun di Uruguay pada Kejuaraan Asia di Bandung, U-23 di SEA Games, dan tim senior di kualifikasi Piala Asia 2011, tidak terlalu menggembirakan.

Ditekuk Singapura 0-1 dan Jepang 0-7, tim U-19 Indonesia bangkit dengan mengalahkan Taiwan 6-0 dan menahan imbang Australia 0-0. Tetapi, hal itu tak lagi berguna karena pada akhirnya Australia dan Jepang yang lolos ke babak berikutnya.

Di sisi lain, PSSI sibuk menjadi salah satu peserta yang menawarkan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Penggarapan PSSI untuk hal ini pun terkesan setengah hati. Memang, urusan prestasi berbeda dengan pelaksanaan Piala Dunia. Tetapi, bukankah tak dapat disangkal bahwa pola kerja yang tak kunjung memunculkan prestasi menjadi cermin kurang bagusnya kinerja PSSI.

Tidak hanya sepak bola, bulu tangkis yang secara tradisional menjadi andalan Indonesia di arena internasional pun mulai terseok-seok. Di arena SEA Games pun, bulu tangkis hanya menyumbangkan empat medali emas, masing-masing dari be- regu putra, ganda putra, tunggal putra, dan ganda campuran.

Di arena super series, ajang kompetisi bagi atlet bulu tangkis terbaik dunia, Indonesia hanya meraih lima gelar. Begitu pula di arena kejuaraan dunia bulu tangkis di India. Indonesia sama sekali tidak kebagian gelar.

Di tengah keterpurukan itu muncul berita mengejutkan. Pasangan terbaik Indonesia, Markis Kido/Hendra Setiawan, mundur dari Pelatnas Cipayung akibat cedera. Sebagian orang meragukan kemunduran mereka hanya karena alasan cedera.

Kalaupun ada prestasi olahraga Indonesia yang menonjol, kita bisa menunjuk pada Chris John, petinju yang sudah 11 kali mempertahankan gelar di kelas bulu yunior versi WBC. Meski tidak fenomenal seperti Manny Pacquiao dari Filipina, yang merebut gelar juara dunia dari tujuh kelas yang berbeda, kehadiran Chris John seperti oase di padang pasir.

Memasuki tahun 2010, Indonesia dihadapkan pada beberapa agenda olahraga, seperti Asian Games, Islamic Solidarity Games, dan Asian Beach Games. Ketiga perhelatan itu bisa menjadi ukuran bagi Indonesia untuk menapak sukses prestasi pada SEA Games 2011.

Target juara umum pada 2011 sebaiknya tidak ditempuh dengan cara merekayasa cabang olahraga yang akan dipertandingkan. Akan lebih terhormat jika Indonesia menjadi juara umum dengan jalan memperbaiki prestasi pada cabang olahraga olimpiade.

Pada ajang SEA Games Laos, Singapura misalnya dapat meraih 14 medali hanya dari satu cabang olahraga, renang. Empat cabang—atletik, renang, menembak, dan senam—menyediakan jumlah medali lebih dari 100 buah. Jadi, perbaikan prestasi di empat cabang ini saja akan berpengaruh besar terhadap perolehan medali setiap negara.

Sayangnya, pembinaan keempat cabang ini di Indonesia belum optimal. Senam sepertinya sudah mati suri karena sepanjang tahun 2009 tidak terdengar satu pun kegiatan dari cabang ini. Atletik, renang, dan menembak memiliki kegiatan rutin yang cukup banyak, tetapi dampaknya belum terasa bagi pencapaian prestasi Indonesia di luar Asia Tenggara.

Tanpa perbaikan prestasi pada empat cabang ini, tahun depan rasanya belum akan terlihat prestasi yang cukup menonjol. Target mempertahankan tradisi emas di Asian Games November 2010 mungkin tak akan tercapai. Jadi, bersiaplah melihat Indonesia terseok-seok di arena olahraga.***

Sumber : Kompas, Rabu, 30 Desember 2009 | 02:51 WIB

1 komentar:

MBAH JAYA WARSITO mengatakan...

KAMI SEKELUARGA TAK LUPA MENGUCAPKAN PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH S,W,T
dan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor togel.nya yang AKI
berikan 4 angka [1579] alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus AKI.
dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu AKI. insya
allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka main togel
yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi KI JAYA WARSITO,,di no (((085-342-064-735)))
insya allah anda bisa seperti saya…menang togel 870 JUTA , wassalam.


dijamin 100% jebol saya sudah buktikan...sendiri....







Apakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!


1"Dikejar-kejar hutang

2"Selaluh kalah dalam bermain togel

3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi togel


4"Anda udah kemana-mana tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat


5"Udah banyak Dukun togel yang kamu tempati minta angka jitunya
tapi tidak ada satupun yang berhasil..







Solusi yang tepat jangan anda putus asah... KI JAYA WARSITO akan membantu
anda semua dengan Angka ritual/GHOIB:
butuh angka togel 2D ,3D, 4D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
100% jebol
Apabila ada waktu
silahkan Hub: KI JAYA WARSITO DI NO: [[[085-342-064-735]]]


ANGKA RITUAL: TOTO/MAGNUM 4D/5D/6D


ANGKA RITUAL: HONGKONG 2D/3D/4D/



ANGKA RITUAL; KUDA LARI 2D/3D/4D/



ANGKA RITUAL; SINGAPUR 2D/3D/4D/



ANGKA RITUAL; TAIWAN,THAILAND



ANGKA RITUAL: SIDNEY 2D/3D/4D
DAN DANA GAIB

Posting Komentar