PUASA
Awal Ramadhan, Rabu 11 Agustus
Lulus Kurniawan, mahasiswa Astronomi Institut Teknologi Bandung, mulai mengamati gerak Matahari menjelang tenggelam dengan teropong berfilter di perbukitan sekitar Observatorium Bosscha, Lembang, Bandung, Jawa Barat, untuk melihat hilal, Selasa (10/8). Peneropongan hilal dilakukan untuk menentukan jatuhnya tanggal 1 Ramadhan 1431 Hijriah atau dimulainya puasa tahun ini. (KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO)***
JAKARTA - Pemerintah melalui Menteri Agama menetapkan 1 Ramadhan 1431 Hijriah atau awal puasa jatuh pada Rabu, 11 Agustus 2010. Keputusan ini sama dengan ketetapan berbagai organisasi kemasyarakatan Islam.
Keputusan pemerintah tersebut dibacakan Menteri Agama Suryadharma Ali dalam Sidang Isbat Penetapan 1 Ramadhan 1431 Hijriah di Jakarta, Selasa (10/8) malam. Hadir dalam sidang itu antara lain Ketua Majelis Ulama Indonesia KH Ma’ruf Amin, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Bahrul Hayat, Direktur Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama Nasaruddin Umar, serta wakil dari berbagai ormas Islam dan negara-negara sahabat.
Ketua Badan Hisab dan Rukyat (BHR) Kementerian Agama Rohadi Abdul Fatah menjelaskan, keputusan itu diambil berdasarkan laporan pengamatan bulan baru (rukyat hilal) dan perhitungan (hisab). Data hisab awal bulan yang dikumpulkan BHR Kementerian Agama dari berbagai sistem hisab itu menunjukkan, awal Ramadhan jatuh pada hari ini.
Berdasarkan rukyat, hilal terlihat di empat tempat, yakni Pantai Gili, Probolinggo, Jawa Timur; Bukit Condrodipo, Gresik, Jawa Timur; Cilincing, Jakarta Utara; dan Bengkulu. Kementerian Agama menetapkan 10 titik di seluruh Indonesia sebagai lokasi rukyat hilal.
Peneliti dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djamaluddin, mengatakan, secara astronomi, sebenarnya hilal tidak terlihat jelas karena tinggi bulan hanya 3 derajat. Namun, karena rukyat bisa diambil sesuai keyakinan, hilal tetap bisa dinyatakan terlihat.
Menurut Thomas, jika kriteria saat ini berlaku, yakni wujud hilal dan ketinggian minimal 2 derajat tetap menjadi acuan, potensi perbedaan akan terus terjadi pada tahun-tahun mendatang, antara lain Idul Adha 2010, Idul Fitri 2011, awal Ramadhan 2012 dan 2013, serta awal Ramadhan dan Idul Fitri 2014.
Kriteria baru
Untuk menghindari hal tersebut, ia mengusulkan dibuat kriteria hisab rukyat baru yang didukung kriteria astronomi internasional. Kriteria baru tersebut adalah jarak Bulan-Matahari di atas 6,4 derajat dan beda tinggi Bulan-Matahari di atas 4 derajat.
Wakil dari ormas-ormas Islam juga mendesak Kementerian Agama untuk segera menyusun kriteria hisab rukyat yang bisa diterima berbagai kalangan sehingga awal puasa, Idul Fitri, dan Idul Adha bisa dilakukan serentak oleh umat Islam.
Terkait dengan harapan itu, Suryadharma Ali mengatakan, ke depan, pihaknya akan mempertemukan berbagai ormas untuk membicarakan kriteria tersebut.
Keputusan Menteri Agama ini memang ditunggu-tunggu berbagai pihak. Dewan Syariah PKS Jawa Timur dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Surabaya menunggu hasil sidang isbat untuk penetapan awal puasa. Sidang itu mencerminkan kuatnya persatuan Muslim terkait masalah penting seperti puasa.
Ketua Dewan Syariah PKS Jatim Ahmad Mudhoffar mengatakan, sidang isbat dianggap sudah menyatukan dua cara lazim untuk menentukan awal puasa, yakni rukyat dan hisab. ”Keduanya benar dan seharusnya dijadikan paduan. PKS menganggap penetapan lewat sidang sudah tepat,” kata Ahmad sehari sebelumnya.
”Tahun lalu awal puasa dan Lebaran disepakati bersama, tetapi lebih karena kebetulan. Kami berharap kesamaan itu by design, dengan tujuan penyatuan umat Islam,” lanjutnya.
Ketua DPD HTI Surabaya Fikri A Zudiar juga menyatakan, sebelum menyatakan awal puasa, HTI menunggu sidang isbat tersebut. (FAJ/RAZ)***
Sumber : Kompas, Rabu, 11 Agustus 2010 | 03:50 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar