RAIH KEMENANGAN KLIK DI SINI

Selasa, 22 Juni 2010

"Fair Play, Please!"

MEKSIKO Vs URUGUAY. (GETTY IMAGES/MICHAEL STEELE/Kompas)***

"Fair Play, Please!"

Bayangan episode paling hitam sejarah Piala Dunia melatarbelakangi pertemuan antara Uruguay dan Meksiko, Selasa (22/6), pada laga yang bisa mengakhiri perjalanan Perancis di Afrika Selatan. Dua negara Amerika Latin itu hanya butuh satu poin untuk lolos ke 16 besar, situasi yang ditakutkan bakal mengulang kejadian 28 tahun lalu.

Konspirasi? Itulah yang terjadi pada Piala Dunia 1982 di Spanyol saat Jerman dan Austria bermain mata untuk menyingkirkan Aljazair. Jerman dan Austria waktu itu tahu bahwa kemenangan 1-0 untuk tim ”Panser” bakal cukup mengantarkan kedua tim melaju ke babak kedua.

Horst Hrubesch memberi Jerman keunggulan pada awal laga dan kedua tim lalu bermain asal-asalan di sisa laga membuat Aljazair tersingkir. Kejadian yang lebih baru, Italia juga merasa dicurangi saat hasil imbang 2-2 antara Denmark dan Swedia membuat ”Azzurri” tersingkir dari Piala Eropa 2004 meski laga itu dinilai berlangsung jujur.

Menilik situasi Grup A, sangat meragukan Uruguay dan Meksiko bakal melakukan hal itu. Bagi Uruguay, satu poin cukup untuk menjadikan mereka juara Grup A dan menghindarkan mereka bertemu Argentina, yang bakal memimpin Grup B, pada babak 16 besar. Justru Meksiko yang seharusnya tidak mau mendapatkan hasil imbang karena ingin terhindar dari Argentina hingga harus mati-matian mengalahkan Uruguay.

Tiga poin bakal memastikan Meksiko sebagai juara grup dan mungkin memberi mereka peluang lebih besar untuk melaju lebih jauh lagi, ke perempat final. Mengingat, di atas kertas, tim asuhan Javier Aguirre, hanya menghadapi runner-up Grup B, Korea Selatan, Yunani, atau Nigeria, yang mudah dilibas.

Namun, bermain untuk menang membawa risiko mendapat serangan balik dan menderita kekalahan yang membuat Perancis bisa lolos dari lubang jarum ke fase knock out jika mengalahkan Afrika Selatan, dan sebaliknya.

Tak berdaya

FIFA memercayai, semua tim finalis di turnamen akbar ini bakal menghormati prinsip fair play dan yakin Uruguay serta Meksiko tidak akan menjalankan prinsip tersebut. ”Slogan utama kami selama bertahun-tahun adalah ’my game is fair play’. Jadi kami percaya semua 32 tim yang berpartisipasi di Piala Dunia akan fair play,” demikian pernyataan resmi Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional dikutip AFP.

Raymond Domenech, pelatih Perancis yang timnya tengah dalam krisis hebat, menyatakan bahwa teori konspirasi tidak relevan. ”Saya tidak terganggu dengan tim lain. Kami harus bermain dan melakukan yang kami bisa, pertandingan lain bukanlah masalah saya,” ujarnya.

Dalam situasi seperti di Grup A, baik FIFA maupun Perancis tak akan mampu berbuat apa-apa jika kedua tim, Meksiko dan Uruguay, menerapkan taktik bermain zero risk, yang akan membuat pertandingan berakhir imbang tanpa gol. Pelatih Uruguay Oscar Tabarez mengatakan, timnya bakal bermain dengan pendekatan seperti ”apa yang telah kami lakukan di fase grup”.

Ia meyakinkan, Perancis tidak perlu khawatir soal kemungkinan konspirasi. ”Kita tidak perlu terjebak pada spekulasi atau teorisasi. Ini adalah laga sepak bola dan kami berpikir untuk melakukan apa yang telah kami lakukan sebelumnya. Hanya kini kami memiliki situasi lebih baik daripada rival,” ujar Tabarez di Kimberly, 460 kilometer dari Johannesburg, merujuk hasil 3-0 atas Afsel yang membuat mereka unggul selisih gol atas Meksiko yang melibas Perancis 2-0.

Kekhawatiran terbesar Tabarez bukan soal matematika kualifikasi, tetapi justru Jabulani yang digambarkan sukar dikontrol dan sulit dibaca gerakannya di ketinggian. ”Bola tersebut sangat cepat dan membutuhkan adaptasi, tetapi itu bola yang sama untuk setiap tim,” ujar Tabarez.

Pelatih Meksiko Javier Aguirre menggarisbawahi prioritas timnya lolos ke 16 besar, tetapi juga menolak terlibat dalam teori konspirasi. ”Kami hanya ingin memastikan untuk lolos ke babak berikutnya. Saya harap tim saya akan kuat dan solid seperti saat menghadapi Perancis,” tegas Aguirre dikutip Reuters.

Pemain Meksiko, Pablo Barrera, yang bermain bagus sewaktu melawan Perancis, mengatakan, timnya tidak akan mengejar kemenangan melawan Uruguay. ”Kami tidak akan berencana untuk meraih hasil imbang, tetapi mengejar kemenangan. Kami harus berjuang merebut tiga poin untuk memastikan kualifikasi. Kami harus memberikan yang terbaik di setiap pertandingan dan tentu saja kami ingin tiga poin,” katanya.

Pandangan independen soal kemungkinan hasil pertandingan dua tim ini datang dari para petaruh, meski lebih menjagokan hasil imbang. Beberapa di antaranya juga masih bertaruh akan ada pemenang pada laga itu, yang mengindikasikan hasil imbang bukan sebuah kepastian.

”Kami siap untuk percaya bahwa partai itu akan kompetitif sampai seseorang bisa membuktikan hal sebaliknya,” kata Graham Sharpe, juru bicara rumah taruhan Inggris, William Hill. ”Namun, ini nilai terendah yang ditawarkan untuk semua laga Piala Dunia yang diperkirakan berakhir seri. Kami mungkin hijau (pemula), tetapi bukan kubis.” (Prasetyo Eko P/Kompas)***

Sumber : Kompas, Selasa, 22 Juni 2010 | 05:15 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar