RAIH KEMENANGAN KLIK DI SINI

Rabu, 09 Juni 2010

Tzahal: Tentara yang Terampil, tetapi "Tega"

ISRAEL

Tzahal: Tentara yang Terampil, tetapi "Tega"

Kekerasan militer Israel terhadap relawan konvoi bantuan kemanusiaan untuk masyarakat Gaza kembali menyentak dunia. Tentara yang bertindak ”tegas” setelah dipukuli aktivis itu ternyata adalah tentara rakyat yang dalam kehidupan sehari-hari bekerja sebagai teknisi, petani, bahkan sopir taksi di kota serta pedesaan (kibbutz) di Negeri Zionis.

Militer Israel dikenal sebagai Tzahal, akronim dari Tzva Hagana Leyisrael atau Angkatan Perang Israel (Israeli Defense Forces/IDF) yang menaungi matra darat, laut, dan udara. Tzahal didirikan 26 Mei 1948 oleh Menteri Pertahanan David Ben Gurion dengan berintikan eks gerilyawan Haganah yang semasa pendudukan Inggris dicap sebagai organisasi teroris.

Tzahal terlibat dalam Perang Arab-Israel (1948), Perang Sinai (1956), Perang Enam Hari (1967), Perang Yom Kippur (1973), Operasi Litani dan Perang Lebanon (1982 dan 2006).

Tzahal memiliki 176.500 personel aktif dan 445.000 prajurit cadangan yang siap dikerahkan setiap saat. Secara keseluruhan, terdapat 1,22 juta pria dan 1,19 juta wanita yang berada dalam rentang usia dapat berdinas aktif, yakni 17 tahun-49 tahun.

Angka 2,4 juta jiwa orang yang siap dimobilisasi setiap saat setara dengan 35 persen dari total penduduk 7,2 juta jiwa!

Unggul soal inisiatif

Seorang mantan marsekal dari sebuah negara ASEAN menceritakan sosok militer Israel yang dikenalnya saat menjalani misi rahasia pada dekade 1980-an. ”Militer Israel memiliki dua ciri utama yang menjadi kekuatan mereka. Ada flexibility of thinking yang memungkinkan prajurit di lapangan melakukan inisiatif pribadi terlepas dari hierarki militer dan perintah dinas. Prajurit di lapangan lebih tahu apa yang dihadapi. Keunggulan lain adalah performance as weapon atau kemampuan individu sebagai senjata pamungkas. Dalam beberapa kali konflik menghadapi lawan yang menggunakan persenjataan serupa, prajurit-prajurit Israel lebih unggul,” kata marsekal itu.

Dia menambahkan, seorang pilot tempur Israel memiliki kemampuan sebagai one man army.

Artikel terbitan Newsweek bulan November 2009 menyebutkan, para pilot pesawat tempur Amerika Serikat membagi peran dalam sebuah serangan udara sebagai pembuka, pengebom, dan penutup serbuan. Namun, pilot tempur Israel menjalankan tiga peran sekaligus!

Instruktur Tzahal rata-rata masih muda dan berpenampilan gaul karena dalam hidup sehari-hari mereka adalah warga sipil yang selalu siap dimobilisasi.

Gaji prajurit Tzahal cukup untuk hidup di Israel. Israel menerapkan standar emas untuk gaji, misal seorang kapten mendapat gaji bulanan dalam mata uang shekel senilai 25 gram emas atau sekitar Rp 7,5 juta.

Kemampuan militer Israel juga didorong melebihi kemampuan pasukan sejumlah negara karena negara ini senantiasa dikepung negara-negara yang memusuhi mereka. Seorang diplomat Taiwan yang ditemui menceritakan, negerinya yang terisolir secara diplomatik menjalin kerja sama dengan Israel yang mengalami situasi serupa.

Pakar antiteror

Tzahal diketahui menjalin kerja sama baik dengan India yang kerepotan menghadapi gangguan teroris, demikian pula tentara dan pilot militer Singapura rajin berlatih di Israel. Singapura yang secara politis merasa paranoid terhadap negara sekitar, menjadikan Israel sebagai contoh pembangunan pertahanan negara.

Hingga kini, sejumlah negara masih menjalani pelatihan dan kerja sama tidak resmi dengan Israel, terutama dalam hal kontraterorisme.

Victor Ostrovsky adalah mantan agen Mossad dan penulis buku By Way of Deception, sebuah buku terlaris berdasarkan peringkat New York Times tahun 1990. Ostrovsky, keturunan Yahudi Kanada ini, juga menulis buku lain berjudul The Other Side of Deception, Lion of Judah, dan Black Ghosts.

Di dalam salah satu bukunya itu, Ostrovsky menulis bahwa pernah suatu waktu pasukan tentara Sri Lanka dilatih bersamaan dengan pasukan Macan Tamil Eelam. Namun, kedua pihak saling tidak tahu bahwa mereka dilatih di Israel karena dipisahkan sedemikian rupa.

Seorang narasumber Kompas menceritakan efektivitas penangkalan teroris di Israel yang berhasil menekan serangan bom dari sekitar 25 serangan menjadi kurang dari delapan aksi teror tiap bulan.

Dewasa ini, anggota Tzahal yang nonmiliter karier rata-rata berdinas beberapa waktu dalam setahun selama 20 tahun. Keseharian mereka beragam, ada yang berasal dari keluarga petani, pemuda Kota Tel Aviv, Yahudi asal Etiopia, suku Beduin ataupun orang Druze yang berasal dari utara Israel dan termasuk sedikit orang Arab Israel.

Melemahkan Israel sebetulnya mudah. Berkaca dari sejarah, masyarakat Yahudi selalu lemah dan terlena saat mereka tidak mendapat tekanan. Kitab Taurat dan kitab-kitab dalam Perjanjian Lama (Al Ahdul Qadim) mencatat berulang kali bahwa masyarakat Yahudi dikuasai bangsa lain saat mereka membaur dan tidak mendapat represi dari komunitas di sekitarnya.

Pada zaman modern ini, perlawanan dalam bentuk kekerasan fisik hanya akan membuat Israel tetap waspada dan bersikukuh tidak mau berunding.

Namun, Ostrovsky kemudian kecewa dengan pasukan negaranya sendiri karena mereka sering bertindak terlalu tega, termasuk mengorbankan anak-anak dari pihak musuh. (Iwan Santosa/Kompas) ***

Sumber : Kompas, Senin, 7 Juni 2010 | 04:44 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar