RAIH KEMENANGAN KLIK DI SINI

Selasa, 22 Juni 2010

Israel Perlonggar Lagi Blokade Gaza

TIMUR TENGAH

Israel Perlonggar Lagi Blokade Gaza

CAIRO - Tekanan internasional menyusul tragedi Flotilla Gaza, akhir Mei lalu, dan tekad berbagai lembaga kemanusiaan untuk terus mengirim kapal ke Gaza memaksa Israel semakin bersikap lebih lunak terhadap isu blokade Gaza.

PM Israel Benjamin Netanyahu, Minggu (20/6) malam di Jerusalem, bertemu utusan khusus kuartet perdamaian (AS, Rusia, Uni Eropa, dan PBB) Tony Blair, membahas inisiatif Israel membuka semua gerbang menuju Gaza. Pertemuan Netanyahu dan Blair hanya beberapa jam setelah sidang kabinet terbatas Israel secara prinsip menyetujui pemasokan semua jenis barang ke Jalur Gaza, termasuk bahan bangunan, kecuali senjata dan bahan-bahan yang terkait dengan militer.

Sebelumnya, Kamis pekan lalu, Israel telah memutuskan memperlonggar blokade Gaza, tetapi dinilai belum cukup. Israel saat ini hanya mengizinkan 250 jenis barang untuk bisa dipasok ke Jalur Gaza. Sebelum blokade Israel secara total terhadap Jalur Gaza mulai Juni 2007, ada sekitar 4.000 jenis barang yang bisa dipasok ke Israel.

Harian Israel, Maariv, mengungkapkan, Netanyahu menyampaikan kepada Blair bahwa persetujuan Israel bagi pemasokan semua jenis barang ke Jalur Gaza dengan syarat harus ada petugas Otoritas Palestina di bawah kendali Presiden Mahmoud Abbas pada semua pintu gerbang Gaza. Netanyahu meminta Blair melobi Mesir, AS, dan Uni Eropa agar membujuk Abbas bersedia membuka pembicaraan dengan Hamas untuk membahas mekanisme operasi gerbang menuju Gaza, termasuk gerbang Rafah antara Mesir dan Gaza.

Israel memberi syarat, keputusan memperlonggar secara penuh blokade Gaza harus tidak memberikan manfaat kepada Hamas dan Hamas juga tidak berperan dalam operasi semua gerbang menuju Gaza itu.

Netanyahu juga meminta Blair agar berusaha mencegah pengiriman kapal lagi ke Gaza karena kapal-kapal itu bukan untuk misi kemanusiaan, melainkan hanya memprovokasi Israel.

Menteri Sosial dan Kesejahteraan Israel Isaac B Herzog juga mengatakan, sekarang tidak perlu lagi mengirim kapal untuk menembus blokade Gaza dan kini sudah bisa menyampaikan kepada dunia bahwa Israel telah mengubah kebijakannya menyangkut blokade Gaza.

Laporan komite penyidik dari angkatan laut Israel atas kasus serangan militer Israel terhadap kapal Mavi Marmara, akhir Mei lalu, menegaskan, terjadi kelalaian intelijen dan operasi lapangan dalam menghadapi kapal Mavi Marmara sehingga membawa korban cukup besar.

Angkatan laut Israel kini terus berlatih menghadapi kapal-kapal misi kemanusiaan itu tanpa kekerasan sehingga tak terulang lagi kasus Flotilla Gaza, akhir Mei lalu, yang makin membuat terpuruk citra Israel serta memperunyam diplomasi di kancah internasional.

Media Israel menyebut ada sekitar 20 kapal misi kemanusiaan dari mancanegara yang bertekad menembus blokade Gaza dalam kurun waktu dua bulan mendatang. Kapal misi kemanusiaan yang kemungkinan paling dekat berlayar menuju Gaza adalah dua kapal, yaitu kapal Mariam dan Ali al-Naji yang kini berada di Lebanon.

Menteri Transportasi Lebanon Ghazi al-Aridi menyatakan telah memberi izin kepada dua kapal misi kemanusiaan itu meninggalkan Lebanon menuju Gaza, tetapi harus melalui Siprus atau negara lain.

Menurut Al-Aridi, Lebanon terikat dengan resolusi DK PBB No 1701 yang melarang aktivitas militer atau lainnya yang merugikan kedua pihak (Lebanon dan Israel) di selatan sungai Litani di Lebanon Selatan.

Oleh karena itu, lanjut Al-Aridi, dua kapal misi kemanusiaan tersebut tidak dapat berlayar langsung dari Lebanon menuju Gaza karena oleh Israel dianggap aktivitas yang merugikan Israel di selatan sungai Litani dan melanggar resolusi DK PBB 1701. Resolusi DK PBB 1701 itu yang mengakhiri perang antara Israel dan Hezbollah tahun 2006. (mth/Kompas)***

Sumber : Kompas, Selasa, 22 Juni 2010 | 04:52 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar