Senjakala Kebrutalan Israel?
Oleh Zuhairi Misrawi
Serangan membabi-buta Israel terhadap aktivis kemanusiaan yang akan membawa bantuan ke Jalur Gaza menyisakan masalah serius. Masyarakat dunia semakin yakin bahwa biang keladi konflik di Timur Tengah adalah Israel. Apa yang dilakukan Israel adalah pelanggaran kemanusiaan yang amat berat.
Jika selama ini Israel dengan mudah melakukan tindakan semena-mena terhadap rakyat Palestina, baik mereka yang tinggal di Tepi Barat maupun Jalur Gaza, dan dunia tidak menganggapnya sebagai sebuah emergency, maka serangan terhadap aktivis Freedom Flotilla telah membuka mata seluruh masyarakat di penjuru dunia. Ada persoalan yang serius mesti dipecahkan di Palestina: blokade, permukiman ilegal, penyerangan, dan tindakan semena-mena lainnya. Israel adalah aktor dari kekerasan tersebut.
Dalam kasus penyerangan aktivis Freedom Flotilla, Israel betul-betul salah perhitungan. Mereka menganggap bahwa tindakannya yang di luar batas kemanusiaan itu akan berlangsung mulus, sebagaimana mereka lakukan saban hari di kawasan Palestina. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya, tindakan mereka kali ini telah menimbulkan guncangan politik tidak hanya di pentas global, tetapi juga di dalam Israel sendiri. Setidaknya, ada tujuh menteri di dalam kabinet Israel yang tidak menyetujui penyerangan terhadap rombongan yang akan membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Maka dari itu, pasca-penyerangan tersebut, Israel sedang menghadapi dua masalah serius. Pertama, tekanan dari dunia internasional. Turki yang merupakan salah satu negara yang selama ini membuka hubungan diplomatik dengan Israel langsung menyampaikan kecaman karena kapal yang diserang adalah milik Turki dan warganya juga ikut serta dalam rombongan kemanusiaan itu. Situasi terburuknya, Turki akan berbalik 100 persen, dari yang selama ini membangun aliansi dengan Israel menjadi musuh bebuyutan. Hubungan mesra Turki dan Iran dalam beberapa bulan terakhir semakin memperkuat kemungkinan pecahnya kongsi Israel-Turki.
Di samping itu, Amerika Serikat, Eropa, dan Australia juga mulai memberikan tekanan agar secepatnya dilakukan investigasi terhadap tindakan semena-mena tersebut. Sebab, di dalam rombongan juga terdapat warga dari beberapa negara adidaya tersebut. Bahkan, di antara mereka juga ada yang menjadi korban. Dalam hal ini, Israel akan mendapatkan tekanan dari dunia internasional. Hal yang terburuk, kepercayaan dari negara-negara yang selama ini menyokong Israel akan melemah.
Kedua, tekanan politik dari dalam negeri Israel. Pilihan untuk melakukan penyerangan harus diakui merupakan tindakan gegabah dan tergesa-gesa. Sebab, selama ini bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza tidak ada masalah. Mereka bisa keluar masuk karena faktanya mereka yang terlibat dalam kegiatan tersebut adalah mereka yang memang concern terhadap misi kemanusiaan. Tidak ada bukti kuat bahwa mereka terlibat kongsi dengan Hamas, yang selama ini menjadi musuh bebuyutan Israel.
Sehubungan dengan itu, beberapa menteri dalam kabinet mulai menyampaikan ketidaksetujuan mereka dalam penyerangan tersebut. Apalagi penyerangan itu menelan korban, yang semakin memperburuk citra Israel di pentas internasional.
Momentum
Tragedi yang menimpa aktivis Freedom Flotilla harus mampu mendongkrak kesadaran politik global bahwa ini momentum untuk melihat masalah Israel-Palestina dengan kacamata yang lebih adil dan obyektif. Kendala perdamaian terletak pada Israel, yang kerap kali mengedepankan tindakan kursif-anarkis daripada diplomasi dan dialog.
Alih-alih mendorong diplomasi yang menguntungkan kedua belah pihak, Israel hampir setiap hari melakukan tindakan yang bertentangan dengan hukum internasional, seperti permukiman ilegal, blokade, bahkan pembunuhan, baik di Tepi Barat maupun di Jalur Gaza.
Tentu saja, untuk memecahkan masalah tersebut, tidak cukup hanya mengandalkan dunia Arab. Sejak tahun 1948, dunia Arab tidak mampu menyelesaikan masalah yang menimpa Palestina. Mereka selalu kalah, baik di meja perundingan maupun medan peperangan.
Dengan demikian, dunia Arab mestinya mengambil langkah progresif dengan cara melibatkan dunia internasional, khususnya AS dan negara-negara Eropa, untuk menekan Israel agar memberikan kemerdekaan dan menjalankan misi perdamaian secara konsisten. Langkah tersebut penting dilakukan karena Israel melakukan tindakan semena-mena terhadap Palestina selama ini semata-mata karena akan mendapat dukungan dari negara-negara besar itu.
Ketika Israel mengalami krisis kepercayaan dari dunia internasional, sekarang adalah momentum yang tepat bagai dunia Arab mendorong Amerika Serikat dan negara-negara Eropa guna mengambil tindakan yang setimpal, adil, dan obyektif terhadap Israel. Apa yang dilakukan Israel pada hakikatnya tidak hanya merugikan rakyat Palestina dan dunia Arab lainnya, melainkan juga merugikan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa yang ingin memperbaiki citranya di pentas global.
Israel tidak bisa lagi bertindak secara pongah terhadap pihak lain. Mereka harus mengedepankan diplomasi dalam menyelesaikan konfliknya dengan Hamas dengan cara-cara yang elegan. Penggunaan kekuatan militer telah terbukti tidak pernah menyelesaikan masalah. Alih-alih menyelesaikan masalah, tindakan tersebut justru kerap menelan korban dari kedua belah pihak. Setiap korban berjatuhan, luka dan derita semakin membuncah, yang akhirnya menimbulkan kebencian yang akut.
Sebelum terlambat, Israel mestinya dapat mengambil pelajaran dari tragedi tersebut. Apabila tidak, cepat atau lambat, Israel akan menjadi musuh bersama (common enemy). Fakta tersebut sudah tidak bisa dihindari karena semua warga dunia melihat dengan langsung apa yang sebenarnya dilakukan oleh Israel terhadap Palestina dan para aktivis kemanusiaan.
Begitu pula Hamas yang selama ini dituduh sebagai teroris oleh Israel harus membangun aliansi dengan dunia internasional. Mereka harus transparan soal hubungan mereka dengan Iran dan Suriah. Kepentingan Palestina harus diutamakan daripada kepentingan faksi politik mereka. Dan, yang tidak kalah penting juga adalah harmonisasi dengan Fatah mutlak diperlukan. Karena hanya dengan cara itu, kesemena-menaan Israel dapat diatasi dengan kekuatan politik yang lebih besar.
Zuhairi Misrawi,
Pemerhati Masalah Timur Tengah
dan Alumnus Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir
Sumber : Kompas, Senin, 7 Juni 2010 | 04:20 WIB
Anak Adam @ Senin, 7 Juni 2010 | 10:12 WIB
Kita harus waspada soalnya dgn kejadian2 seperti ini, ALLOH SWT telah membukakan mata kita, bhw pendukung Kebiadapan zionis israel berada dimana2 termasuk dinegara yg kita cintai ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar