RAIH KEMENANGAN KLIK DI SINI

Sabtu, 12 Juni 2010

TIMUR TENGAH : PM Erdogan Dianggap "Pahlawan" Baru Arab



Recep Tayyip Erdogan. (REUTERS)***

TIMUR TENGAH

PM Erdogan Dianggap "Pahlawan" Baru Arab

DUBAI, Jumat - Pamor Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan semakin bersinar di dunia Arab atas keberaniannya menentang Israel. Keputusan Turki di Dewan Keamanan PBB untuk menentang resolusi keempat terhadap Iran semakin mengangkat pamor Erdogan.

Kehadirannya pada pertemuan para pemimpin Arab dan Turki dalam Forum Ekonomi Turki-Arab di Istanbul, Kamis (10/6), mendapat sambutan sangat hangat.

PM Turki itu berpidato keras di forum, mempertanyakan dominasi internasional AS dan dukungan tanpa syaratnya terhadap Israel. ”Apakah kita akan tetap diam atas tewasnya sembilan orang? Kita tidak bisa menutup mata terhadap kejahatan di perairan internasional ini. Ini tidak boleh terus terjadi,” tegas Erdogan.

Pidato PM Turki itu juga memukul kebijakan luar negeri AS. ”Persenjataan, embargo-embargo, dan pengucilan tidak membuahkan hasil,” tegasnya sambil menambahkan bahwa dunia telah membayar mahal atas strategi-strategi yang diterapkan AS di Iran dan Afganistan.

”Jika Anda menginginkan, Erdogan adalah seorang Nasser baru, menyampaikan independensi Timur Tengah dari adidaya-adidaya Barat,” tambahnya, mengacu pada mantan Presiden Mesir yang sangat disegani, Gamal Abdel Nasser.

Hady Amr, Direktur Brookings Institution, mengungkapkan, tindakan Erdogan menarik duta besarnya dari Israel, membatalkan seluruh latihan bersama militer dengan Israel, dan mendukung armada kapal misi kemanusiaan ke Gaza merupakan pendekatan yang berbeda. ”Jelas sekali hal itu membuat Erdogan terkemuka di dunia Arab,” kata Hady.

Hubungan Turki-Israel yang sebelumnya berteman baik mulai berubah ketika Israel melakukan penyerbuan ke Gaza dan kemudian memberlakukan blokade terhadap wilayah Palestina yang dikuasai Hamas itu.

Serbuan pasukan komando Israel ke kapal kemanusiaan Turki Mavi Marmara, sehingga menewaskan sedikitnya sembilan warga Turki, membuat hubungan kedua negara mencapai titik terendah.

Pada sebuah pawai massa di Beirut, ribuan warga Lebanon mengibarkan bendera Turki. ”Ya Allah yang Maha Pengampun, lindungi Erdogan untuk kami,” teriak para peserta pawai itu.

Di Mesir, seorang pembaca surat kabar independen al-Masry al Youm menyebut Erdogan sebagai ”Khalifah Kaum Muslim”.

Warga Iran pun memuji Erdogan yang dianggap melakukan cara yang beradab, berbeda dengan Presiden Ahmadinejad yang pidato-pidato kerasnya membuat Iran diisolasi.

Solusi dua negara pudar

Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas berbicara di Brookings Instituion, di Washington, Kamis (10/6), menegaskan, tak ada kemajuan dalam proses perdamaian di Timur Tengah. Hal ini membuat kepercayaan tentang kemungkinan terwujudnya solusi dua negara terus memudar. ”Saya ingin menyampaikan kecemasan bahwa situasinya kini sangat sulit,” kata Abbas.

Ia menambahkan, ”Harapan memang ada solusi dua negara, yakni Palestina bisa hidup damai secara berdampingan dengan negara Israel. Namun, pemikiran ini terus memudar dan saya kira dunia mulai tak percaya kita mampu mencapai solusi itu.”

Abbas menegaskan, Palestina siap menerima penyebaran pasukan internasional di wilayah negara Palestina kelak untuk menenangkan Israel, baik secara keamanan maupun psikologis.

Abbas kemudian menyebut serangan militer Israel terhadap kapal misi kemanusiaan Gaza tidak bisa diterima dan melanggar hukum internasional. ”Tuntutan inti kami adalah bagaimana mengakhiri blokade Gaza dan saya yakin dunia bersama kami dalam hal ini,” tuturnya.

Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman menegaskan tidak akan mencabut blokade atas Jalur Gaza, kecuali Palang Merah diizinkan mengunjungi Gilad Shalit (serdadu Israel yang disekap Hamas sejak 2006.

Jubir Hamas, Sami Abu Zuhri, menyatakan, isu Gilad Shalit terkait dengan tahanan Palestina di penjara Israel, dan tidak ada hubungan dengan blokade Gaza. Menurut Zuhri, jika Israel mengaitkan Shalit dengan blokade Gaza, maka Israel ingin lari dari tekanan internasional saat ini untuk mencabut blokade Gaza. (AP/Reuters/OKI/Kompas)***

Sumber : Kompas, Sabtu, 12 Juni 2010 | 03:49 WIB

Ada 2 Komentar Untuk Artikel Ini. Posting komentar Anda

faiqoh nurul hikmah @ Sabtu, 12 Juni 2010 | 11:31 WIB
tindakan Israel sudah melanggar HAM, ini perbuatan kejahatan kemanusiaan yg nyata... dan patut diberikan hukuman. PBB hrus menghukum Israe...............

faiqoh nurul hikmah @ Sabtu, 12 Juni 2010 | 11:28 WIB
seharusnya PBB bisa mengambil tindakan tegas untuk menghukum Israel yg jelas-jelas sudah melanggar hak asasi manusia . ini adalah kejahatan kemanusiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar