Seorang wanita etnis Uzbekistan menangis di depan reruntuhan rumahnya yang habis dibakar dalam kerusuhan etnis di kota Kirgistan selatan, Jalalabad, Senin (21/6). Tak kurang dari 2.000 jiwa melayang dalam aksi kerusuhan ini dan 400.000 orang memilih kabur ke perbatasan Uzbekistan. (REUTERS/VASILY FEDOSENKO/KOMPAS)***
Referendum Konstitusi
Upaya untuk Hentikan Berlanjutnya Kerusuhan Etnis Kirgistan
BISHKEK, Senin - Referendum konstitusi baru Kirgiz, yang akan dilaksanakan pada 27 Juni, diharapkan bisa mencegah berlanjutnya kerusuhan di Kirgistan. Meski mendapat tentangan dari beberapa politisi senior Kirgiz, pemerintah sementara akan tetap melaksanakan referendum itu.
Demikian disampaikan Presiden sementara Kirgistan, Roza Otunbayeva, Senin (21/6) di ibu kota Bishkek.
”Jika Anda mendengarkan mereka (yang menentang referendum), negara ini tidak akan bisa keluar dari pusaran. Maka, (etnis) Kirgiz tidak hanya akan bertarung dengan warga etnis Uzbek, tetapi juga dengan warga etnis lainnya. Kita harus melaksanakannya (referendum) atau negara akan tetap dalam pergolakan,” tegasnya, seperti dikutip RIA Novosti.
Otunbayeva menambahkan, pemerintah yakin bahwa referendum adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan stabilitas di negara republik di Asia Tengah itu. ”Tidak ada cara lain selain terus maju,” tegasnya sambil membenarkan desas-desus yang mengatakan bahwa dirinya tidak akan mencalonkan diri menjadi presiden.
”Saya hanya akan memimpin pemerintahan selama periode sementara, itu saja. Orang-orang lain akan bertarung untuk menjadi presiden. Itulah aturan-aturannya,” papar Otunbayeva.
Jika konstitusi baru itu diterima, konstitusi baru Kirgiz akan mengubah secara keseluruhan sistem politik Kirgiz dan memberikan kekuasaan lebih besar kepada perdana menteri.
Pada sebuah wawancara menjelang tengah malam setelah melakukan perjalanan pertamanya ke wilayah selatan, Otunbayeva menyalahkan kekerasan yang terjadi di negerinya kepada mantan presiden yang kini berada di pengasingan, Kurmanbek Bakiyev. Dia mengatakan, sekutu-sekutu Bakiyev mengambil keuntungan dari ketegangan etnik yang berkepanjangan dan kemudian memicu kerusuhan.
Serangan ke utara
Otunbayeva mengakui bahwa dirinya tidak mempunyai kontrol penuh terhadap pasukan keamanan dan memperingatkan bahwa sekutu-sekutu Bakiyev telah merencanakan untuk melakukan serangan-serangan di wilayah utara Kirgistan, yang merupakan basis penting Angkatan Udara AS.
”Ada sejumlah orang di posisi-posisi kunci yang loyal kepada Bakiyev dan di pemerintahan lokal juga. Mereka bekerja keras tentu saja, pastilah dalam melakukan sabotase,” paparnya.
Pemerintahan sementara Otunbayeva yang berasal dari sebuah koalisi mantan pemimpin oposisi, yang berkuasa setelah melakukan sebuah revolusi berdarah terhadap Bakiyev, April lalu, mendapat kritik keras karena gagal menangani hubungan antaretnis di selatan Kirgistan dan gagal mencegah kekerasan di Jalalabad dan Osh.
Dari Osh dilaporkan, tentara-tentara Kirgiz dengan peralatan berat telah membongkar barikade yang dipasang warga Uzbek untuk melindungi lingkungan mereka. (AP/AFP/Reuters/OKI/Kompas)***
Sumber : Kompas, Selasa, 22 Juni 2010 | 04:01 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar